press enter to search

Kamis, 28/03/2024 23:04 WIB

Rabbi Yahudi di Indonesia Nilai Tepat Pengakuan Trump Soal Yerusalem Jadi Ibu Kota Israel

Redaksi | Kamis, 07/12/2017 10:29 WIB
Rabbi Yahudi di Indonesia Nilai Tepat Pengakuan Trump Soal Yerusalem Jadi Ibu Kota Israel

LONDON (aksi.id) - Rencana Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan memindahkan kedutaan AS ke sana dianggap tepat oleh rabbi Yahudi di Indonesia, Benjamin Meijer Verbrugge.

"Karena pusat pemerintahan Kerajaan Daud di situ (Yerusalem). Bukti kerajaannya masih ada. Memang sudah garisnya begitu. Tidak ada urusan mau ada Amerika atau tidak ada," kata Rabbi Ben, panggilannya, seperti dikutip BBC Indonesia.

Presiden Donald Trump ketika mengunjungi Yerusalem, 22 Mei 2017Hak atas fotoHEIDI LEVINE/AFP/GETTY IMAGES
Image captionPresiden Donald Trump ketika mengunjungi Yerusalem, 22 Mei 2017

Menurut Rabbi Ben, ada bukti sejarah keberadaan Kerajaan Daud, berupa reruntuhan dan kuburan Raja Daud di Yerusalem. "Jadi wajar dari sisi kitab suci, jelas bahwa tanah perjanjian itu adalah milik bani Israel," kata dia.

Ide untuk memindahkan ibu kota Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem, tambah Rabbi Ben, sejatinya sudah sejak lama. Cuma selama ini belum sempat terealisasi.

"Mungkin ada maksud administratif yang lebih memudahkan. Tidak tahu apa kepentingan Israel dan Amerika memindahkannya. Mereka tahu yang lebih baik," ujar Rabbi Ben.

Sementara itu Monique Rijkers dari Hadassah of Indonesia, organisasi yang bergerak di bidang edukasi isu-isu Yahudi dan Israel, mengatakan sejatinya Yerusalem sebagai ibu kota Israel sudah sesuai dengan sejarah. "Dulu ibu kota kerajaan sekarang (seharusnya) jadi ibu kota negara," katanya.

Menurut Monique, apa yang dilakukan Trump soal pemindahan kedutaannya hanyalah pengakuan administratif.

"Selama ini kami mengenal Yerusalem ibu kota Israel. Cuma negara-negara lain menempatkan pemerintahannya di Tel Aviv," kata Monique.

Meski Yerusalem menjadi ibu kota Israel, kata Rabbi Ben, itu tidak akan mengubah wajah Israel yang demokratik. "Semua agama berdoa di situ. Parade gay di Yerusalem juga tidak ada masalah," ujar Rabbi Ben.

Menurut Rabbi Ben, tidak ada yang dilukai dengan dijadikannya Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

"Kehidupan berjalan biasa. Setiap hari orang Palestina bebas beraktivitas meski harus melewati beberapa check point (pos pemeriksaan)," pungkasnya.

Sebelumnya Pemerintah Indonesia sebelum pengumuman di Gedung Putih ini sudah mengingatkan bahwa keputusan pemindahan kedutaan besar itu akan memperburuk konflik Palestina-Israel.

"Jelas posisi Pemerintah Indonesia sependapat mendukung Palestina agar Amerika Serikat tak memindahkan kantor kedutaannya (dari Tel Aviv) ke Jerusalem," kata Wakil Presiden Jusuf Kalla di kantornya, Rabu (06/12).

(dien/sumber: BBC Indonesia).