press enter to search

Rabu, 24/04/2024 02:37 WIB

Malaysia akan Naikkan 10 Kali Lipat Harga Air ke Singapura

| Rabu, 15/08/2018 15:46 WIB
Malaysia akan Naikkan 10 Kali Lipat Harga Air ke Singapura Mahathir Mohamad

KUALA LUMPUR (aksi.id) - Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengatakan ingin menaikkan harga pasokan air mentah ke Singapura sebesar lebih dari 10 kali lipat untuk menggambarkan biaya hidup yang lebih tinggi.

Kesepakatan tentang air saat ini, yang berakhir di tahun 2061, memperbolehkan Singapura mengambil air mentah hingga 250 juta galon per hari dari Sungai Johor. Sementara setiap hari Johor berhak memperoleh 5 juta galon air yang sudah disuling dari Singapura.

Singapura membayar 3 sen per 1.000 galon air mentah, kemudian menjual air yang sudah disuling ke Johor senilai 50 sen per 1.000 galon. Singapura mengatakan harga ini sangat tersubsidi dan berada di bawah ongkos penyulingan air.

Malaysia memilih untuk tidak meninjau ulang harga tersebut ketika diberi kesempatan di tahun 1987. Namun, diskusi dilakukan ketika Mahathir, yang saat itu menjabat sebagai perdana menteri, mengangkat isu ini di tahun 1998. Diskusi itu tidak menghasilkan kesepakatan baru.

Dalam sebuah wawancara dengan The Associated Press yang dipublikasikan hari Senin (13/8/2018) dan dikutip Business Insider, Mahathir mengatakan Johor menjual air mentah ke Singapura seharga 30 sen per 1.000 galon yang dia sebut sebagai "kemurahan hati".

"Untuk negara asing, kita harus mendapatkan lebih dari itu," katanya.

Sejak kembali menjabat sekaligus menjadi perdana menteri tertua di dunia, dalam berbagai kesempatan wawancara Mahathir mengkritisi kesepakatan tentang air di tahun 1962 sebagai "terlalu mahal" dan "konyol". Dia berkata Malaysia akan melakukan pendekatan dengan Singapura untuk menegosiasikan kembali ketentuan kesepakatan.

Untuk diketahui, Mahathir pernah menjabat sebagai perdana menteri selama 22 tahun dari tahun 1981 sampai 2003.

Kementerian Luar Negeri Singapura di bulan Juli mengatakan Singapura jelas dan konsisten dalam sikapnya bahwa di tahun 1987 Malaysia sudah kehilangan hak untuk mengevaluasi harga air di bawah Kesepakatan Air 1962.

Pernyataan itu muncul ketika kantor berita nasional Malaysia Bernama mengutip Menteri Luar Negeri Malaysia Saifuddin Abdullah yang dalam sebuah wawancara berkata, "perjanjian itu mengatakan isi kesepakatan bisa dievaluasi setelah 25 tahun".

Saifuddin berkata posisi Singapura ditetapkan dalam pidato Menteri Luar Negeri Vivian Balakrishnan di Parlemen tanggal 9 Juli. Dalam pidato itu dia mengatakan Mahathir sudah menyampaikan di tahun 2002 bahwa Malaysia tidak meminta evaluasi ketika kesepakatan air dilakukan karena negara itu tahu segala bentuk revisi bisa memengaruhi harga air sulingan yang dijual Singapura ke Malaysia.

Isu tentang air sudah diangkat dalam beberapa kesempatan di Malaysia semenjak koalisi Pakat Harapan yang mengusung Mahathir duduk di kursi pemerintahan.

Pada bulan Juli, Menteri Besar Johor Osman Sapian mengatakan negaranya berharap bisa menaikkan harga air mentah yang dijual ke Singapura setelah melakukan diskusi dengan negara tetangga itu. Di bulan yang sama, Saifuddin mengatakan negaranya akan menghargai kesepakatan air dengan Singapura sembari mencoba memulai negosiasi penetapan harga.

(dede/sumber: cnbcindonesia.com).