Hasil Referendum di Taiwan Tolak Pernikahan Sejenis

TAIPEI (aksi.id) - Para pemilih di Taiwan menolak rencana mengakui pernikahan sesama jenis dan mendukung definisi bahwa perkawinan adalah antara laki-laki dan perempuan.
Sikap para pemilih tersebut tercermin dalam hasil serangkaian referendum yang digelar hari Sabtu (24/11).
Tahun lalu, satu pengadilan tinggi mengeluarkan putusan yang mendukung perkawinan sesama jenis dan meminta anggota parlemen mengeluarkan legislasi untuk mengatur secara teknis perkawinan tersebut.
Pemerintah mengatakan akan meneruskan rencana mengakui pernikahan sesama jenis, namun dukungan terhadap rencana ini diperkirakan mengecil dengan hasil referendum hari Sabtu.
Masalah perkawinan ini menjadi bahan pertanyaan di tiga referendum terpisah.
- Taiwan mendukung perkawinan sesama jenis, negara Asia pertama yang menerapkan langkah ini
- Dua perempuan Muslim Australia beda suara tentang perkawinan sejenis
- Australia sahkan undang-undang pernikahan sesama jenis
Kelompok-kelompok konservatif bertanya kepada pemilih apakah peraturan perundang-undangan yang ada saat ini, yang mendefinisikan perkawinan sebagai ikatan hubungan dan penyatuan antara laki-laki dan perempuan, tidak perlu diubah.
Para aktivis LGBT sementara itu bertanya apakah pemilih setuju jika undang-undang diubah untuk mengakomodasi perkawinan sesama jenis.
Hasil referendum memperlihatkan pemilih mendukung kelompok-kelompok konservatif.
Sebelumnya, pemerintah mengatakan bahwa referendum tidak berdampak besar terhadap perintah mengubah undang-undang, seperti yang diperintahkan oleh pengadilan.
Diperkirakan pemerintah akan mengeluarkan peraturan khusus, tanpa mengubah pasal-pasal dalam kitab undang-undang hukum perdata Taiwan.
Dalam perkembangan lain, Presiden Tsai Ing-wen mundur sebagai pemimpin partai yang berkuasa, setelah partainya kalah dalam pemilu lokal.
Partainya, Partai Progresif Demokrat, yang mendukung kemerdekaaan Taiwan, banyak mengalami kekalahan di 13 kota yang mereka menangkan pada 2014.
Hubungan Taiwan dengan Cina memburuk sejak Tsai naik ke kekuasaan pada 2016.
Beijing menolak berhubungan dengannya karena ia tidak mengakui perjanjian Cina-Taiwan pada 1992 yang menyebutkan kedua pihak adalah bagian dari satu Cina.
Artikel Terkait :
Artikel Terbaru :
TERPOPULER
- Dukung Integrasi Pembayaran, KMT Kini Dapat Digunakan untuk Angkutan Perkotaan di Depok dan Cikarang
- AirNav Indonesia dan BSSN Perkuat Keamanan Sistem Navigasi Udara Lewat Kolaborasi Strategis
- Polsek Kepulauan Seribu Utara Gelar Patroli Malam Perintis Presisi, Sasar Kenakalan Remaja, Narkoba, Miras hingga Premanisme
- KAI Services Berbagi Kebahagiaan dengan para Pekerja di HUT ke 22 Tahun
- Hijaukan Pesisir Timur Jawa, KAI Logistik Tanam 2.000 Mangrove
- Wujudkan Pertumbuhan Inklusif, KAI Logistik Dorong Ekonomi Kerakyatan dalam Ekosistem Logistik
- Polsek Kepulauan Seribu Utara Amankan Kunjungan Gubernur DKI Jakarta ke Pulau Kelapa, Tanam Mangrove hingga Serahkan Bibit Ikan
- Pembinaan Rohani Dan Mental, Tahanan Polres Pelabuhan Tanjung Priok
- KAI Services Bahas Kolaborasi Strategis Penguatan Layanan dengan Dinas Kebudayaan Yogyakarta
- Polda Metro Jaya evakuasi 254 Warga Kebon Pala yang mengalami musibah Banjir
