press enter to search

Jum'at, 29/03/2024 15:48 WIB

3 Tahun Melaut dengan Kapal Pesiar Pribadi, Satu Keluarga dari Moskow Ini Enggan Kembali ke Darat

| Selasa, 11/12/2018 19:51 WIB
3 Tahun Melaut dengan Kapal Pesiar Pribadi, Satu Keluarga dari Moskow Ini Enggan Kembali ke Darat Mereka telah menghabiskan tiga tahun terakhir hidup di kapal layar mereka untuk melihat sebagian besar Eropa, dan sekarang bersiap-siap mengelilingi dunia.
MOSKOW (aksi.id) - Sepasang suami istri dari Rusia dengan dua anak telah hidup di kapal pesiar selama hampir tiga tahun, dan tidak berencana tinggal permanen dulu di darat.

Ketika Elena Surikova (35) dari Sevastopol hamil sembilan bulan dan pergi di Norwegia bersama suaminya Vasily, ia mengemudi ke Kaliningrad untuk melahirkan.

Perjalanan itu dianggap banyak orang sebagai penuh risiko, tapi pasangan itu tak peduli — mereka sudah berpengalaman tersesat di tundra dan pegunungan Kaukasus tanpa makanan atau air.

Tapi, bahkan orang-orang terdekat yang sudah terbiasa dengan perjalanan keduanya masih kaget ketika pada 2016, pasangan itu telah meninggalkan Moskow, membeli kapal layar, membawa anak mereka, dan berlayar di laut.

Mereka telah menghabiskan tiga tahun terakhir hidup di kapal layar mereka untuk melihat sebagian besar Eropa, dan sekarang bersiap-siap mengelilingi dunia.

 

Musim Dingin yang Hangat

Kapal layar keluarga itu saat ini sedang berlabuh di Kepulauan Balears. Setelah menghabiskan tiga bulan di perairan Spanyol yang tenang dan hangat, mereka berencana untuk menetap di sana untuk melihat musim dingin badai, saat di mana terlalu berisiko untuk berlayar dengan kapal kecil, terutama bagi anak-anak.

Meski sudah berusaha keras, pasangan ini kadang-kadang masih berjuang untuk memenuhi rencana dan jadwal ambisius mereka. Mereka awalnya bermaksud untuk menghabiskan musim dingin 2018 di Tunisia, dan setelah melewati pantai Afrika mereka ingin ke timur ke Samudra Hindia. Namun situasi laut membuat mereka harus mengubah beberapa hal.

Terkadang ada yang salah dengan kapal, dan butuh waktu untuk memperbaikinya. Terkadang mereka hanya ingin tinggal di tempat tertentu untuk lebih lama. “Kami menghabiskan satu bulan penuh di Ibiza, dan sekarang tiga bulan di Mallorca. Kami berencana tinggal di sini tiga bulan lagi, dan kemudian melakukan perjalanan ke Tunisia pada musim semi melalui Prancis dan Italia, ”kata Elena.

Rencana pelayaran keliling dunia meliputi Samudra Hindia, Amerika Selatan, dan Pasifik mungkin tampak luar biasa, tetapi mereka tak terburu-buru dan masih punya banyak waktu. Mereka telah menghabiskan tiga tahun menjelajahi Mediterania yang luas. Mengingat bahwa Elena tampaknya tidak takut menghabiskan masa tua di kapal, segalanya serba mungkin.

Seluruh petualangan itu sendiri dimulai dengan membujuk suaminya - yang pengetahuannya tentang laut hanya berasal dari cerita Elena - untuk membuang rasa ragu demi kehidupan di atas ombak.

Menghidupi Mimpi di Laut

Untuk memulai, Elena memperkenalkan suaminya ke perairan terbuka. Vasily tumbuh jauh dari laut dan baru-baru ini mencoba freediving (menyelam tanpa peralatan selam scuba). Namun yang paling penting: bagaimana membujuk suaminya untuk bertualang ke laut dengannya.

“Butuh beberapa waktu untuk membuat Vasya (Vasily) tertarik. Saya mengisi kepalanya dengan cerita-cerita luar biasa tentang pantai yang memukau dan aktivitas memancing yang hebat, dan bahwa kami bisa pergi ke mana saja. Ia terbujuk!" kata Elena.

Vasily setuju untuk tinggal di kapal layarselama beberapa tahun. Tetapi Elena memiliki rencana yang lebih besar... perjalanan selama puluhan tahun mengelilingi dunia.

Duo ini mulai mempelajari cara hidup di kapal layar dan menemukan bahwa sebagian besar informasi online menggunakan stereotipe bahwa tinggal di kapal itu untuk orang kelas atas. Pada akhirnya, itu tidak mengorbankan mereka banyak uang: 700 euro (11,45 juta rupiah) untuk lisensi nakhoda Elena dan 9,900 euro untuk kapal pesiar Amel 1972, yang dibeli dari seorang tua asal Jerman.

“Kami memberitahukan kepadanya bahwa itu adalah kapal layar pertama kami dan kami ingin berlayar ke selatan. Aku bisa melihat di matanya bahwa di dasar hatinya ia sudah lama ingin kebebasan seperti itu dan akan senang melakukan hal yang sama...”

Hal Buruk di Laut

Pergi ke laut terbuka untuk pertama kalinya terasa menakutkan. “Kami tidak punya peralatan. Di internet dikatakan bahwa kami membutuhkan semua jenis barang, tetapi kami hanya memiliki beberapa peta berbasis tablet, kompas, dan perangkat gema tua," kata Elena.

Tetapi mereka segera terbiasa dengan banyaknya kesulitan hidup di laut lepas.

Ketika makanan habis, misalnya, tidak ada pasar swalayan di dekat mereka. “Kami melakukan eksperimen kecil sendiri, dan luar biasanya ternyata adalah mungkin untuk bertahan hidup seminggu penuh dengan koktail protein, yang paling penting adalah jangan lupa vitamin dan karbohidrat,” kata Elena.

Waktu adalah guru terbaik: sekarang keluarga itu sudah siap untuk hampir semuanya yang akan mereka hadapi di laut.

“Sekarang kami mempersiapkan lebih dulu untuk hari-hari yang sulit nantinya. Kami memiliki persediaan yang strategis dari buah-buahan kering, kue-kue hambar (saking tawarnya kami tidak memakannya terlalu cepat), makanan kaleng, protein, dan tepung, ditambah alat pancing — kami selalu memiliki ikan segar ketika kami merasa ingin.”

Beberapa tips juga membantu mereka bertahan. Mereka memiliki simpanan yang dapat dimakan untuk menjaga semangat mereka selama masa sulit, dan juga persediaan nutrisi olahraga. “Ketika keadaan sulit, nutrisi olahraga membantu lebih baik daripada makanan biasa,” kata Elena.

Pasangan ini tidak selalu membeli produk di toko daratan. Sering kali, mereka dengan tangan sendiri menangkap reptil dan ikan laut di mana pun kapal layar mereka berada. Penyelaman yang cepat biasanya cukup untuk makan malam gurita segar, udang, dan cumi-cumi. “Ironis bahwa makanan laut di toko bisa sangat mahal. Tetapi, bagi kami itulah yang kami lakukan di masa sulit.”

Wanita dan laut

Meskipun orang tua mereka terus-menerus khawatir dan meminta mereka untuk kembali ke daratan, Elena dan Vasily tidak punya niat untuk kembali ke kehidupan mereka sebelumnya.

Setelah menghabiskan seluruh masa kehamilannya yang kedua di atas kapal, Elena melahirkan anak kedua di Spanyol dan kembali ke laut segera setelahnya. Sekarang pasangan itu tidak hanya bertualang, tetapi membesarkan dua anak kecil dalam kondisi yang sangat tidak umum. “Lingkungan hidup adalah tempat terbaik bagi anak-anak untuk belajar. Hewan, tumbuhan, fenomena alam, bahasa, psikologi — semuanya ada di sini, bukan di buku dan ruang kelas, ”kata Elena.

Ia juga percaya bahwa laut memperlambat proses penuaan. Udara segar dan aktivitas fisik yang terus-menerus menjaga tubuh dan jiwa dalam kondisi yang baik.

Pasangan ini mencari nafkah dari membuat artikel majalah, dan menjalankan akun PatreonYouTube, dan Instagram sendiri di mana mereka menghasilkan uang dari video tentang perjalanan mereka dan menawarkan konsultasi tentang bagaimana hidup sebagai pekerja lepas.

Mereka tidak berencana untuk kembali ke daratan dan terkadang (entah bercanda atau tidak) memikirkan bagaiman jika mereka berusia tua di lautan.

Menanggapi pertanyaan tentang apa yang paling ingin dia ubah pada orang lain, Elena mengatakan bahwa ia ingin “orang darat menjadi sama dengan orang laut.”

“Di sini, orang tidak punya usia, negara, politik, atau agama. Kami bebas, dan tidak ada yang melanggar kebebasan orang lain. Kami selalu senang untuk saling membantu. Pintu-pintu rumah kita terbuka. Dengki, iri, ketidaktulusan, dan sejenisnya semuanya ditinggalkan di daratan, mereka tidak memiliki gunanya di sini. Kita tak perlu ditindas oleh siapa pun karena berperilaku seperti manusia — itu datang secara alami.”

Sumber: https://id.rbth.com/discover-russia/81006-keluarga-moskow-berlayar-laut-qyx