Menelusuri Jejak Keturunan Indonesia Asal Bawean di Vietnam
HO CHI MINH (aksi.id) - Ratusan orang keturunan Indonesia yang berasal dari Pulau Bawean tinggal di Ho Chi Minh Vietnam, sejak masa pemerintah kolonial Belanda.
Tujuan mereka datang ke Vietnam berbeda-beda, ada yang merantau dan ada juga yang bekerja untuk pemerintah kolonial Prancis yang berkuasa di Vietnam.
Sebagian besar tak dapat pulang ke kampung halaman karena tidak memiliki dokumen kewarganegaraan dan tak lagi memiliki hubungan dengan kerabat di Pulau Bawean, Jawa Timur.
Bawean adalah pulau yang terletak di Laut Jawa, sekitar 120 kilometer sebelah utara Gresik. Secara administratif, pulau ini termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Gresik.
Jadi Warga Vietnam
Menurut cerita sang nenek pula, Fatima mengetahui keturunan Bawean di Vietnam sempat sulit mengurus identitas kewarganegaraan mereka.
“Pas mereka bikin kartu (KTP) itu ga boleh karena tidak jelas asalnya dari mana, tetapi karena sudah lama di sini akhirnya diakui oleh pemerintah,” jelas Fatima.
Hampir seluruh keturunan Bawean yang tinggal di Vietnam tidak memiliki identitas sebagai WNI karena mereka tiba negara tersebut ketika Indonesia belum merdeka.
Masalah kewarganegaraan ini muncul setelah Vietnam Selatan yang didukung Amerika Serikat dikalahkan oleh Vietnam Utara pada 1975.
Perubahan situasi politik dan keamanan di Vietnam membuat keturunan Bawean di Ho Chi Minh merasa khawatir, apalagi banyak juga dari mereka yang bekerja dengan AS.
Malte Stokhof mengatakan sejumlah keturunan Bawean di Vietnam berupaya untuk pulang, tetapi terkendala dokumen dan terputusnya kontak dengan keluarga di kampung halaman.
"Sebagian besar dari mereka tidak memiliki dokumen dan tidak bisa pulang ke Indonesia. Yang berhasil mengontak kerabatnya dapat pulang ke Bawean, tetapi jumlahnya sedikit sekali karena alat komunikasi yang sangat terbatas pada masa itu," jelas Stokhof.
Stokhof mengatakan bagi orang-orang Bawean yang memilki dokumen yang dikeluarkan pemerintah kolonial Prancis pun mengalami kesulitan.
"Dalam dokumen itu mereka disebut sebagai etnis Melayu. Lalu kantor Kementerian Luar Negeri Vietnam mengatakan mereka itu Ma`alay yang artinya warga Malaysia. Selanjutnya mereka pun mendatangi perwakilan pemerintah Malaysia, tetapi ditolak karena mereka juga bukan warga negara di sana," jelas Stokhof.
Akhirnya mereka pun kembali ke kantor Kementerian Luar Negeri Vietnam dan akhirnya ditawarkan untuk menjadi warga negara Vietnam.
Akan tetapi masalah kembali muncul ketika akan mencantumkan etnisitas.
"Ketika mereka sebut berasal dari suku Bawean, tidak dikenal di Vietnam lalu ditawarkan dicantumkan sebagai etnis Cham karena sama-sama Muslim. Tetapi karena bukan orang Cham maka mereka pun menolak, akhirnya setelah pembahasan yang panjang dalam kolom suku di kartu identitas orang Bawean disebut Indonesia, padahal kan itu bukan suku tapi nama negara asal," kata Stokhof.
Enggan pulang
Keturunan Bawaen yang besar atau lahir di Vietnam ada juga yang kemudian pindah ke negara lain seperti Singapura dan juga Prancis yang pernah berkuasa di Vietnam. Salah satunya adalah Nur Jannah Binti Abubakar, keturunan Bawean asal Vietnam yang telah menjadi warga negara Singapura.
Nur Jannah berada di Ho Chi Minh pada pertengahan Juni lalu untuk mengurus bisnis kafe dan penginapan yang berlokasi di dekat Masjid Al Rahim.
Dia mengatakan kakeknya tiba di Vietnam ketika negara itu berada dalam jajahan Prancis. Kakeknya kemudian menetap di Ho Chi Minh.
Tetapi kekalahan pemerintah kolonial Prancis menyebabkan situasi keamanan Vietnam tidak pasti, sehingga ayahnya memutuskan untuk mengungsi ke Paris bersama anak-anaknya, kecuali Nur Jannah.
"Saya waktu itu sudah menikah dengan orang Singapura dan menjadi warga negara di sana. Adik saya ada yang ikut ayah ke Paris, lalu ada juga yang menetap di AS," jelas dia.
Meski demikian, Nur menceritakan ayahnya memintanya untuk tetap berhubungan dengan kerabat yang berada di Pulau Bawean.
“Saya ke Bawean untuk bertemu dengan kerabat dan juga beberapa kali nyekar ke makam keluarga, " jelas dia.
Berbeda dengan keturunan Bawean di Vietnam yang tak lagi kenal tradisi leluhur, Nur mengatakan keturunan Bawean yang tinggal dan menjadi warga negara Singapura masih berhubungan dengan kerabat di kampung halaman dan menjalankan tradisi Bawean.
Imam Ally mengatakan anak-anaknya lebih merasa sebagai orang Vietnam dibandingkan Indonesia. Sementara dirinya tidak ingin kembali ke Bawean karena tidak mengetahui apakah masih ada kerabat di sana dan khawatir jika kembali malah hidup susah.
(dien/sumber: BBC Indonesia dan Jawa Pos).
Artikel Terkait :
Artikel Terbaru :
TERPOPULER
- Arus Balik Kendaraan Masih Normal, Korlantas Tunda Rekayasa One Way
- Jasa Raharja, Kemenko PMK, Kemenhub, dan Korlantas Polri Gelar Evaluasi Mudik dan Persiapan Mudik Balik 2024
- Pastikan Kelancaran Arus Balik di Wilayah Lampung, Jasa Raharja Kemenko PMK, Kemenhub, dan Korlantas Polri Gelar Tinjauan ke Pelabuhan Panjang dan Bakauheni
- Tembus 31 Ribu Lebih Pengguna KRL Jabodetabek Turun Di Stasiun Bogor, KAI Commuter Imbau Selalu Awasi Anak dan Barang Bawaan
- Jasa Raharja Serahkan Santunan Korban Kecelakaan di KM 370 A Tol Batang-Semarang
- Normalisasi Terus Dilakukan, Jalur Rel Sudah Bisa Dilalui Dua Arah
- Masih Terus Meningkat, Lebaran Hari Keempat Pengguna Commuter Line di Wilayah 6 Yogyakarta Tembus 300 Ribu Lebih
- Begini Situasi Hari Pertama Arus Balik Lebaran 2024
- Kakorlantas Polri Patroli Bersama Tim Urai Tinjau Puncak Arus Balik Lebaran
- Dirut Jasa Raharja Gelar Rapat Koordinasi dan Evaluasi Arus Balik Lebaran bersama Menko PMK, Menhub, dan Kapolri, Panglima TNI, dan Kakorlantas Polri di GT Cikatama