press enter to search

Selasa, 16/04/2024 20:38 WIB

Ternyata Orang Jerman Juga Suka Sambel - Dayang Sumbi Hadirkan Makanan Khas Indonesia

| Minggu, 11/08/2019 11:35 WIB
Ternyata Orang Jerman Juga Suka Sambel - Dayang Sumbi Hadirkan Makanan Khas Indonesia Amalia Sugiharto te Kamp membuka restorannya yang bernama lengkap Dayang Sumbi - Indonesian Pacific Soulfood.
MULHEIM (aksi.id) - Seperti apa buka bisnis masakan Indonesia di Jerman? Amalia Sugiharto te Kamp ingin lebih perkenalkan masakan Indonesia ke khalayak Jerman. Dengan moto "pelanggan puas, saya bahagia", ia sukses hingga sekarang.

Di kawasan industri Ruhrgebiet di bagian barat Jerman terletak kota Mülheim an der Ruhr. Di kota inilah Amalia Sugiharto te Kamp membuka restorannya yang bernama lengkap Dayang Sumbi - Indonesian Pacific Soulfood. Di sekeliling restorannya terdapat beberapa kantor dan bisnis, juga sejumlah besar apartemen tempat tinggal.

"Orang Jerman kebanyakan datang dari Selasa sampai Jumat." Sejumlah langgalan orang Jerman datang saat jam makan siang, tutur Ibu Amalia, seraya menunjukkan Mittagsmenü, atau menu makan siang, yang terpampang di papan. Bulan AugustusMittagsmenü terdiri dari: lumpia vegetaris ditambah semua makanan dengan kari, ditambah dengan minuman ringan.

Kalau orang Indonesia biasanya datang saat weekend katanya, seraya menambahkan, orang Indonesia biasanya datang beramai-ramai. Ingin mengobrol dan dugem? Itu bisa dilakukan di Dayang Sumbi. Suasana restoran memberikan perasayan nyaman.

Kota Mülheim an der Ruhr (Mülheim di tepi sungai Ruhr) terletak di kawasan industri bernama Ruhrgebiet. Yang menjadi dasar nama ini adalah sungai yang melintasi kawasan itu, yaitu sungai Ruhr. Di kota ini restoran Dayang Sumbi berlokasi. Di sekitar restoran terdapat sejumlah bisnis dan apartemen tempat tinggal penduduk.

Pemiliknya, Amalia Sugiharto te Kamp mengatakan, ia tidak pernah menimba pendidikan spesial untuk memasak. Tetapi ia terus mencoba dan akhirnya sukses menyajikan masakan Indonesia yang disukai banyak orang. Ia mengungkap, "Mungkin karena saya lidahnya, lidah orang Indonesia".

Dimasak dengan penuh cinta

"Hier wird mit Liebe gekocht!" (Di sini, makanan dimasak dengan penuh cinta) demikian komentar seorang pelanggan asal Jerman di laman Facebook milik restoran Dayang Sumbi, Indonesian Pacific Soulfood. Dan yang sudah pernah mampir pasti setuju, bahwa komentar itu memang benar.

Kunci kesuksesam masakan bukan hanya rasa yang lezat, tetapi juga penampilan yang apik dan cantik. Dan ini jugalah yang bisa dinikmati orang jika datang ke restoran di kawasan industri ini.

Amalia Sugiharto te Kamp mengatakan, tamu-tamu asal Indonesia biasanya datang di akhir pekan. Mereka biasanya senang datang beramai-ramai. Dan untuk itu, restoran Dayang Sumbi menawarkan suasanya yang nyaman.

Lidah orang Indonesia

Bisnis ini diawalinya dengan mencoba memasak berbagai makanan Indonesia. Karena ternyata teman-temannya suka, ia akhirnya membuka restoran. Ketika masih di Indonesia pun ia sudah pernah membuka restoran Jepang. Karena pindah ke Jerman, akhirnya restoran itu dijual.

"Mereka kalau suka sambal, lebih pedas atau lebih heboh daripada orang Indonesia." Demikian kata perempuan asal Jawa Barat ini. Di restorannya memang sambal dibuat sendiri dan dengan cita rasa asli Indonesia. Tapi bumbu Asia lain seperti asam manis, dan bumbu goreng mentega juga banyak disukai orang Jerman.

Nasi liwet, nasi kuning, gulai kambing, soto ayam. Itu hanya sebagian kecil dari menu yang disajikan di restoran ini. Amalia juga berkata, kadang untuk memenuhi keinginan pelanggan, walaupun masakan yang dipesan tidak ada dalam menunya, mereka tetap berusaha membuatnya. "Alhamdulillah selalu ada pesanan," demikian katanya.

Di dinding tergantung berbagai lukisan asal Bali, juga beberapa dekorasi lainnya berasal dari Bali. Ibu Amalia yang menggagas restoran ini, tetapi sekarang ia juga punya mitra bisnis. Namanya Andreas Borgmann. "Dialah yang membawa hiasan-hiasan dari Bali ini," demikian ungkapnya.

Ia bercerita, sebetulnya ia tidak punya pendidikan spesial untuk jadi juru masak. "Tetapi lidah saya, lidah Indonesia," katanya. Jadi ia dulu terus mencoba membuat rempeyek dan berbagai makanan lain, hingga terasa enak. Ternyata upayanya juga berbuah kesuksesan. Teman-temannya mulai memesan, dan akhirnya ia memutuskan membuka restoran. Pengalaman membuka restoran juga sudah dimilikinya, karena dulu di Indonesia, ia juga sudah pernah membuka restoran Jepang. "Karena kami pindah ke Jerman, restoran itu dijual," demikian ceritanya.

Tetapi di Jerman ia juga belajar banyak, dan itu juga sangat membantu dalam meraih kesuksesan. Apa pelajaran paling besar yang dipetik dari pengalaman hidup di Jerman? "Menghargai waktu," katanya dengan yakin. "Dan tahu bahwa mencari uang di sini itu tidak gampang," tambahnya sambil tertawa.

Harus bekerja keras. Tapi karena itu, ia jadi belajar menghargai waktu dan konsekuen dengan apa yang direncanakan serta dilakukan. Di Jerman seorang pemilik restoran termasuk kategori pekerjaan yang selbstständig, yang artinya mandiri. Artinya, "Saya harus bisa berdiri sendiri dan melakukan semuanya sendiri," demikian dijelaskan Ibu Amalia. Ia menandaskan lagi, di Jerman, yang punya restoran tidak hanya punya modal, tetapi harus bisa melakukan apa yang ditawarkan. Dan sampai sekarang, banyak tamu yang puas dengan makanan yang dimasaknya. Motonya: "Tamu zufrieden (puas), saya bahagia." 

Ketika ditanya, apa pesannya bagi generasi muda Indonesia, ia menjawab dengan tegas: "Semangat untuk bekerja!" Ia mengingatkan bahwa ia sudah lebih dari 50 tahun, tetapi untuk bekerja dan untuk maju, tidak ada kata terlambat! 

Sumber: dw.com