press enter to search

Selasa, 01/07/2025 05:37 WIB

Ketua LSM di Bulgaria Dicopot, Diduga Mata-mata Rusia

Redaksi | Rabu, 11/09/2019 16:06 WIB
Ketua LSM di Bulgaria Dicopot, Diduga Mata-mata Rusia Presiden Rusia, Vladimir Putin, kanan, dan Presiden Bulgaria, Rumen Radev, kiri. Tim jaksa penuntut umum Bulgaria mendakwa seorang kepala NGO atas tuduhan mata-mata dibawah permintaan Rusia.

 Jakarta (aksi.id)- Tim jaksa penuntut di Bulgaria mencopot seorang Ketua sebuah LSM atau lembaga nirlaba di negara itu setelah muncul dugaan mata-mata yang menguntungkan pihak Rusia. Upaya mata-mata itu diduga ditujukan untuk menarik Bulgaria menjauh dari sekutu-sekutunya di Barat dan menjadi lebih cenderung ke Moskow.

Dikutip dari reuters.com, Rabu, 11 September 2019, ketua sebuah LSM yang dimaksud adalah Nikolai Malinov, 50 tahun, yang merupakan Ketua Gerakan Nasional Russophile dan menjalankan LSM bernama Double-Headed Eagle sejak 2010. Dia sebelumnya pernah bekerja untuk Institut Rusia bidang Studi Strategis yang umumnya dijalankan oleh mantan intelijen asing.

“Malinov telah dituntut atas dugaan menempatkan dirinya dalam organisasi asing yang bekerja untuk mereka sebagai seorang mata-mata,” kata Wakil Kepala Jaksa Penuntut Bulgaria, Ivan Geshev.

Kepala Jaksa Penuntut, Sotir Tsatsarov, mengatakan Malinov saat ini sudah dibebaskan dari penjara dengan uang jaminan, namun dia masuk daftar cekal sehingga tidak bisa meninggalkan Bulgaria. Tim jaksa penuntut mengatakan mereka menemukan sebuah dokumen berbahasa Rusia yang telah disiapkan Malinov. Dokumen itu berbicara soal pentingnya re-oritentasi geopolitik Bulgaria. Tidak dijelaskan kapan dokumen itu ditulis Malinov.

“Dokumen menjelaskan langkah demi langkah yang harus diambil untuk melengkapi pembongkaran orientasi geopolitik Bulgaria menjauh dari Barat dan menuju Rusia,” kata Geshev.

Bulgaria dalah sekutu dekat Moskow yang sekarang sudah menjadi anggota NATO dan Uni Eropa. Malinov belum mau berkomentar saat dihubungi Reuters atas tuduhan yang diarahkan padanya. Kedutaan Rusia di ibu kota Sofia juga belum memberikan pernyataan terkait isu ini.  

(ny/Sumber: tempo.com)