Tips Agar Balita Bisa Kelola Emosi Negatinya
Dahlia | Kamis, 12/09/2019 20:42 WIB

Bekasi (aksi.id) - sering kali belum bisa memahami emosi yang ia alami. Akibatnya, mereka sulit mengungkapkannya dalam bentuk kata-kata, sehingga ditunjukkan dengan menangis atau marah. Ternyata, penting bagi orang tua untuk mulai ajarkan anak dalam mengelola emosinya ini.
Psikolog Anak, Roslina Verauli, M.Psi, Psi, mengatakan, di zaman sekarang ini anak-anak sangat kesulitan mengelola emosi negatifnya, sebab orang tua pun kurang memahami cara membantunya. Akhirnya banyak ibu, ketika balitanya mulai marah, langsung buru-buru untuk menenangkannya.
Hal itu pun membuat si kecil kehilangan kesempatan untuk mengelola emosi sendiri, Moms. Tak heran, banyak balita yang punya kecenderungan terlambat bicara, karena tidak terampil mengungkap yang ia rasakan.
"Padahal anak butuh diberikan kesempatan, terutama balita umur 2-3 tahun. Sedari dini, mereka harus bisa terlatih bagaimana bilang, `tidak` dan mengelola dirinya sebagai individu terpisah dengan lingkungannya," kata Vera kepada kumparanMOM di Summarecon Mall Bekasi, Minggu (8/9).

Ia mengatakan, untuk membantu menenangkannya, ada cara yang dinamakan Verbalized Emotion, yakni menunjukkan emosi dengan kata-kata. Anda bisa memulainya dengan menanyakan bagaimana perasaannya ketika ia mulai merasa marah. Tanyakan apakah ia merasa sedih, marah, atau kesal?
Langkah berikutnya adalah tanyakan yang bisa kita lakukan untuk membantunya. Dengan begitu, pengelolaan emosi balita pun bisa terbentuk dengan baik. Jika anak butuh menangis, biarkan ia menangis hingga tenang dengan sendirinya. Setelah reda, barulah kita tanyakan apa yang bisa kita lakukan untuk membuatnya merasa lebih baik.
Namun sayangnya, beberapa ibu merasa tak tega dengan tangisan atau kemarahan balitanya, langsung membantu tanpa membiarkannya mengeluarkan emosi.

"Dampaknya adalah nantinya si anak akan memiliki ketergantungan kepada orang lain, untuk menentukan emosi positif dan negatifnya ketika ia beranjak dewasa. Dia pun akan memiliki pribadi yang self-centre terus-menerus dan akhirnya menjadi anak manja," ujarnya.
Tak hanya itu, orang tua pun lebih sering membentak anak ketika mengeluarkan emosi negatif daripada menenangkannya. Akibatnya kecerdasan emosionalnya pun tidak berkembang. Padahal Moms, balita yang terbiasa mengelola emosinya, justru dia menjadi individu yang mudah berempati dengan orang lain, peka terhadap perasaan orang lain, dan tanggap secara sosial.
"Kita bisa melihat banyak orang dewasa tidak kompeten dengan emosinya sendiri, kan. Mungkin sejak kecil ia tidak terlatih untuk mengeluarkan emosinya. Inilah mengapa kita harus melatih anak mengelola emosinya. Jangan sampai anak tidak memiliki kemampuan menguasai emosinya, sebab akan sangat berpengaruh seumur hidupnya," ucap Vera.(lia/kumparan)
Artikel Terkait :
Artikel Terbaru :
TERPOPULER
- Dukung Integrasi Pembayaran, KMT Kini Dapat Digunakan untuk Angkutan Perkotaan di Depok dan Cikarang
- AirNav Indonesia dan BSSN Perkuat Keamanan Sistem Navigasi Udara Lewat Kolaborasi Strategis
- Polsek Kepulauan Seribu Utara Gelar Patroli Malam Perintis Presisi, Sasar Kenakalan Remaja, Narkoba, Miras hingga Premanisme
- KAI Services Berbagi Kebahagiaan dengan para Pekerja di HUT ke 22 Tahun
- Hijaukan Pesisir Timur Jawa, KAI Logistik Tanam 2.000 Mangrove
- Wujudkan Pertumbuhan Inklusif, KAI Logistik Dorong Ekonomi Kerakyatan dalam Ekosistem Logistik
- Polsek Kepulauan Seribu Utara Amankan Kunjungan Gubernur DKI Jakarta ke Pulau Kelapa, Tanam Mangrove hingga Serahkan Bibit Ikan
- Pembinaan Rohani Dan Mental, Tahanan Polres Pelabuhan Tanjung Priok
- KAI Services Bahas Kolaborasi Strategis Penguatan Layanan dengan Dinas Kebudayaan Yogyakarta
- Polda Metro Jaya evakuasi 254 Warga Kebon Pala yang mengalami musibah Banjir
