press enter to search

Sabtu, 20/04/2024 01:52 WIB

Palembang Kembali Diselimuti Kabut Asap, Ada 1.297 Titik Panas di Sumsel

Redaksi | Jum'at, 25/10/2019 13:13 WIB
Palembang Kembali Diselimuti Kabut Asap, Ada 1.297 Titik Panas di Sumsel Kabut asap

JAKARTA (Aksi.id) - Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan di Palembang semakin pekat. Asap diprediksi tetap menyelimuti kota itu seiring banyaknya hotspot atau titik panas di wilayah Sumatera Selatan.

Berdasarkan pemantauan hotspot Dinas Kehutanan Sumsel bersumber dari LAPAN, sebaran hotspot di provinsi itu pada 24 Oktober 2019 yang terpantau 25 Oktober 2019 pukul 00:15 WIB, tercatat ada 1.297 titik. Titik panas terbanyak berada di Ogan Komering Ilir berjumlah 864 titik. Angka ini cenderung kontras dengan jumlah hotspot di daerah lain, seperti di Musi Banyuasin (122 titik), dan Banyuasin (81 titik).

Banyaknya karhutla kemarin membuat kabut asap di Palembang hari ini semakin tebal. Berdasarkan pantauan merdeka.com, jarak pandang pagi tadi berkisar 500 meter dan berangsur meningkat seiring matahari terbit.

Berbeda pada pekan-pekan sebelumnya, kabut asap beberapa hari terakhir cenderung terus terjadi dari pagi hingga malam hari. Puncaknya pada pagi dan sore hari dengan bau asap menyengat dan membuat mata perih.

Kasi Observasi dan Informasi BMKG Stasiun Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang Bambang Beny Setiaji mengatakan, kabut asap akibat karhutla di Palembang dan beberapa daerah di sekitarnya. Asap terbanyak terbawa angin terutama berasal dari Banyuasin dan Ogan Komering Ilir seperti Pampangan, Tulung Selapan, Pedamaran, Cengal, Lempuing dan Pematang Panggang.

"Kondisi asap masih tetap berpotensi terjadi di Sumsel karena wilayah-wilayah yang memiliki jumlah titik panas signifikan belum terpapar hujan yang cukup mengingat luas dan dalamnya lahan gambut yang terbakar," ungkap Bambang, Jumat (25/10).

Menurut dia, karhutla baru dapat dipadamkan dengan indikasi awan hujan (cumulonimbus) yang memanjang lebih kurang 200 kilometer. Dalam kondisi itu, hujan yang dihasilkan berintensitas tinggi dan berlangsung lama serta biasanya terjadi pada malam dan pagi hari.

"Selain pemadaman, karhutla bisa hilang dengan hujan intensitas tinggi dan lama. Tapi daerah-daerah terpapar karhutla belum ada potensi hujan lebat," ujarnya.

Secara regional, kata dia, adanya Badai Tropis Bualoi dan Pusat Tekanan rendah di Samudera Hindia mengakibatkan adanya penarikan massa udara ke wilayah tersebut. Hal ini mengakibatkan masih minimnya potensi hujan di Sumsel selama dua hari ke depan yakni tanggal 25 dan 26 Oktober 2019. Sementara potensi asap masih sangat besar.

Lalu seiring melemahnya Badai Tropis Bualoi akan berpotensi munculnya Borneo Vorteks (Sirkulasi Kalimantan) yang menyebabkan masuknya massa udara dari Laut Cina Selatan dan Laut Jawa ke wilayah Sumsel akan menyebabkan potensi hujan pada 27-29 Oktober 2019 dengan kriteria hujan sedang-lebat.

Daerah yang diperkirakan diguyur hujan lebat adalah Musi Rawas, Musi Rawas Utara, Lubuklinggau, Empat Lawang, Pagaralam, Musi Banyuasin, Lahat, PALI, OKU, OKU Selatan, Muara Enim, Prabumulih, Banyuasin dan Palembang. Sedangkan wilayah Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir, dan OKU Timur diprediksi hanya hujan ringan. (ds/sumber merdeka)