press enter to search

Selasa, 01/07/2025 06:01 WIB

Merasakan Gejala Corona? Hati-Hati Mungkin Itu Hanya Psikosomatik

Dahlia | Rabu, 25/03/2020 11:36 WIB
Merasakan Gejala Corona? Hati-Hati Mungkin Itu Hanya Psikosomatik Foto: ilustrasi

Selama pandemi virus corona, kecemasan publik menyebar lebih cepat daripada penyakit.

Hal ini karena orang mulai mengalami gejala yang dipublikasikan secara luas terkait dengan virus.

Paparan informasi itu bisa berasal dari media sosial maupun media lainnya.

Dikutip Metro (14/3/2020), kekhawatiran berlebihan mengenai virus corona dapat menyebabkan tubuh menciptakan gejala seperti Covid-19.

Lalu kemudian Anda akan berpikir telah terinfeksi virus corona.

Dokter dari The International Psychology Clinic, dr. Martina Paglia mengatakan sangat mungkin banyak orang bergejala mirip virus corona hanya karena kecemasan.

Lebih lanjut dia menjelaskan pikiran tidak dapat membedakan antara bahaya nyata dan yang dirasakan.

Lalu ketika merasa terancam dan rentan, adrenalin akan mengalir ke seluruh tubuh. Hal itu menciptakan peningkatan kecemasan dan sering memicu nyeri dada, sesak napas, dan merasa terlalu panas atau demam.

Dia memperingatkan jika Anda merasa cemas dan panik, ingatkan diri bahwa kemungkinan besar gejala Anda bersifat psikosomatik daripada terserang virus.

Apa itu psikosomatis?

Dilansir Psychology Today, penyakit psikosomatis atau psikosomatik adalah suatu penyakit di mana pikiran bawah sadar menghasilkan gejala fisik tanpa adanya penyakit.

Biasanya pasien sudah mendatangi petugas medis, namun tidak menemukan penjelasan medis. Sehingga mereka disarankan untuk terapi.

Dikutip Patient Info, psikosomatik berarti pikiran (jiwa) dan tubuh (soma). Gangguan psikosomatik adalah penyakit yang melibatkan pikiran dan tubuh.

Tidak menular secara fisik

Dilansir Psychology Today, meskipun penyakit psikosomatik tidak menular secara fisik, penyakit ini menular secara emosional. Bisa secara pribadi maupun kelompok melalui informasi yang dibagikan di media sosial.

Wheaton dalam penelitiannya yang berjudul Psychological Predictors of Anxiety in Response to the H1N1 (Swine Flu) Pandemic, mengungkapkan hubungan antara wabah dan psikosomatik.

Di antara temuannya adalah wabah yang dipublikasikan secara luas dapat menyebabkan penyakit psikogenik massal.

Artinya orang sehat bisa salah mengartikan sensasi tubuh yang tidak serius seperti merasa sesak napas atau pusing sebagai bukti bahwa mereka sedang sakit.

Penelitian juga mencatat bahwa kesalahan diagnosis dapat menyebabkan kewaspadaan berlebihan, meningkatkan kecemasan, dan perilaku keselamatan ekstrem.

Dampaknya negatif bagi masyarakat, seperti terlalu banyak menggunakan sumber daya medis (masker, hand sanitizer, dan lainnya), bahkan kehilangan pekerjaan.

Mengatasinya

Beberapa saran yang bisa diterapkan, seperti dilansir Psychology Today antara lain:

  • Pahami bahwa virus corona seperti wabah lainnya, ini akan berlalu.
  • Seimbangkan antara informasi dan inspirasi (seperti berita baik dari corona dan kisah pasien sembuh). Hal itu dapat membantu Anda mundur ke belakang dan melihat pandemi ini secara lebih luas.
  • Tetap lakukan disinfeksi dan pola hidup sehat.
  • Media sosial digunakan untuk tetap terhubung tapi tetap berhati-hati dalam mengonsumsi informasi.

WHO juga memberikan saran serupa, yaitu:

  • Hindari menonton, membaca, atau mendengarkan berita yang membuat Anda cemas atau tertekan.
  • Carilah informasi terkini pada waktu tertentu. Sekali atau dua kali sehari saja.
  • Tetap terhubung dengan jejaring sosial Anda. Jika dibatasi dalam pertemuan, gunakan media sosial.
  • Dalam situasi isolasi, cobalah sebisa mungkin untuk menjaga rutinitas harian pribadi Anda.
  • Selama masa-masa stres, perhatikan kebutuhan dan perasaan Anda sendiri. Misalnya lakukan hal yang membuat sehat dan rileks namun dapat Anda nikmati.
  • Berolahragalah secara teratur, jaga rutinitas tidur, dan makan makanan sehat.

(lia/sumber:kompas)

Keyword Psikosomatik

Artikel Terkait :

-