press enter to search

Senin, 07/07/2025 07:49 WIB

Protes Terus Berkecamuk di Amerika 4 Hari Setelah Tewasnya Floyd

Redaksi | Sabtu, 30/05/2020 17:59 WIB
Protes Terus Berkecamuk di Amerika 4 Hari Setelah Tewasnya Floyd Demonstran di Minneapolis membakar dan menjarah toko-toko pada Kamis malam (28/5/2020), buntut dari kasus pembunuhan George Floyd, pria kulit hitam yang tewas usai lehernya ditahan dengan lutut oleh polisi selama beberapa menit. Floyd sebelumnya ditahan karena dugaan pemakaian uang palsu.. (Foto: AFP/Kerem Yucel).

WASHINGTON (aksi.id) - Demonstrasi terjadi di seluruh AS selama empat hari berturut-turut memprotes kematian seorang pria kulit hitam tak bersenjata yang terbunuh ketika dia ditangkap oleh seorang polisi kulit putih Minneapolis, Minnesota.

Gelombang protes melanda Minneapolis sejak Senin ketika George Floyd, seorang warga kulit hitam meninggal karena polisi bernama Derek Chauvin menekan lehernya dengan lutut selama lebih dari delapan menit.

Polisi juga bentrok dengan demonstran di Los Angeles dan New York City serta kota-kota lain.

Meskipun protes berlangsung damai, namun sempat terjadi penjarahan, pembakaran dan bentrokan dengan polisi.

Protes juga terjadi di Boston, Massachusetts dan Memphis, Tennessee, Louisville, Kentucky, Detroit, Michigan dan Houston, Texas.

Gelombang protes baru muncul beberapa jam setelah Chauvin didakwa dengan pembunuhan tingkat tiga dan pembunuhan, menurut Jaksa Wilayah Hennepin Michael Freeman di Minneapolis.

Para pengunjuk rasa menuntut penangkapan tiga petugas polisi lainnya yang ditunjukkan dalam rekaman video di tempat kejadian ketika Floyd ditangkap.

Jumat malam, para pemrotes berkumpul di Minneapolis meskipun ada jam malam yang diberlakukan oleh Wali Kota Jacob Frey.

Frey memecat keempat petugasnya pada Selasa.

Sebelumnya sekelompok demonstran berjalan ke Gedung Putih di ibukota negara namun dihadang oleh polisi dan sempat bentrok dengan pasukan pengawal presiden.

Direktur FBI Christopher Wray mengungkap kepercayaan orang pada penegak hukum terkikis karena aparat gagal melindungi dan melayani semua orang. (AP/John Minchillo)

Di Atlanta, pengunjuk rasa Georgia membakar mobil polisi dan memecahkan kaca gerbang depan kantor CNN, menurut video yang beredar di media sosial.

Sebuah situs web berita Kansas City mengatakan hampir 300 orang berkumpul di dekat Country Club Plaza untuk protes.

Penegak hukum setempat menggambarkan protes itu damai.

Di Denver, Colorado, Chicago, Illinois dan Oakland, California juga terjadi protes.

Secara keseluruhan, para pemrotes membawa spanduk bertuliskan "Black Lives Matter," dan meneriakkan "No Justice, No Peace!" dan slogan-slogan "Aku tidak bisa bernapas".

Floyd, 46, ditangkap Senin setelah dilaporkan berusaha menggunakan uang kertas USD20 palsu di toko setempat.

Rekaman video di Facebook menunjukkan dia diborgol dan kooperatif dengan aparat.

Namun polisi mengklaim dia melawan saat ditangkap.

Chauvin menekan lehernya dengan lutut, meskipun Floyd berulang kali memohon, "Aku tidak bisa bernapas."

Tak lama setelah itu, Floyd tampaknya kehilangan kesadaran, tetapi petugas mempertahankan posisinya pada korban.

Dia meninggal tak lama setelah dibawa ke rumah sakit.

Sebelumnya Presiden Donald Trump mengatakan dia berbicara kepada keluarga Floyd dan mengirim "belasungkawa terdalam bangsa kita dan simpati yang paling tulus kepada keluarga George Floyd."

FBI: Aparat Gagal

Direktur FBI Christopher Wray mengungkap kepercayaan orang pada penegak hukum terkikis karena aparat gagal melindungi dan melayani semua orang.

Dikutip dari CNN, Wray mengungkap hal tersebut dalam sebuah email yang dikirimkan kepada karyawan menanggapi apa yang terjadi pada George Floyd.

"Seperti kebanyakan dari Anda, saya telah menonton video minggu ini yang berakhir dengan kematian George Floyd ketika berada dalam tahanan petugas kepolisian Minneapolis. Gambar-gambar ini sangat mengganggu. Dan sulit untuk melihat komunitas kami di seluruh negeri dalam kesakitan yang bisa dimengerti," tulis Wray.

Wray memaparkan petugas penegak hukum memiliki pekerjaan yang sangat diperlukan dan seringkali berbahaya.

"Tetapi itu tidak mengurangi peran penting dan menyeluruh yang kami mainkan dalam masyarakat untuk melindungi dan melayani semua warga negara tanpa memandang ras, keyakinan, orientasi, atau posisi mereka dalam kehidupan. Ini termasuk warga negara yang berada dalam tahanan penegakan hukum," paparnya.

Menurut Wray, ketika penegak hukum gagal untuk menghormati hak-hak mereka, maka mereka tidak hanya menodai lencana yang dikenakan, tetapi mengikis kepercayaan juga.

"Kami benar-benar mengikis kepercayaan begitu banyak dalam pekerjaan penegakan hukum yang begitu sulit dibangun, terutama dalam komunitas minoritas. Peristiwa pekan lalu di Minneapolis ini dengan jelas menggambarkan betapa cepatnya kepercayaan itu bisa hilang. Sebagai penegak hukum, kami terikat oleh sumpah untuk melayani semua anggota komunitas kami dengan kasih sayang, profesionalisme, martabat, dan rasa hormat yang sama," paparnya.

Surat elektronik ini menyusul meninggalnya laki-laki kulit hitam bernama George Floyd oleh aparat. Kejadian ini memicu protes dari beberapa negara bagian AS.

(jasmine/dari berbagai sumber).