Kuwait Bakal Kurangi WNA Jadi 30%

KUWAIT CITY, (aksi.id) - Kuwait selama ini dikenal sebagai salah satu negara surga bagi kaum ekspatriat Sebanyak 70 persen populasi Kuwait merupakan warga negara asing (WNA).
Berdasarkan data pemerintah Kuwait, jumlah WNA di negara tersebut hampir 3,4 juta jiwa dari total populasi sebesar 4,8 juta jiwa. Kuwait berencana mengurangi jumlah orang asing di negara tersebut menjadi maksimal 30 persen.
"Kami memiliki tantangan di masa depan bagaimana mengatasi ketidakseimbangan ini," kata Perdana Menteri Kuwait, Sheikh Sabah Al-Khalid Al-Sabah dikutip dari Bloomberg, Sabtu (6/6/2020).
Selain pekerja migran, Kuwait juga menggantungkan sumber ekonominya pada minyak. Al-Sabah ingin ekonomi Kuwait lebih terdiversifikasi sehingga kuat saat menghadapi guncangan.
Lembaga legislatif, Majelis Nasional sebelumnya telah mengusulkan sistem kuota bagi WNA yang tinggal di Kuwait. Pekerja migran dengan keahlian rendah akan menjadi prioritas untuk dikurangi. Selain itu, sekitar 100.000 WNA yang menjadi pegawai pemerintahan akan diganti seluruhnya dengan warga lokal.
Rencana ambisius tersebut mendapatkan kritikan dari sebagian watga. Kolumnis politik Kuwait, Sajed Al-Abdaly menilai, keputusan itu sulit direalisasika karena jumlah warga lokal yang sedikit tidak mungkin menggantikan peran ekspatriat. Apalagi, sebagian besar warga lokal bekerja pada pekerjaan kerah biru.
"Lebih dari 50 persen pembantu rumah tangga adalah orang-orang Kuwait. Yang Mulia (PM), jelaskan kepada kami sampai kami benar-benar percaya dengan rencana Anda," ujar Sajed.
Negara-negara Timur Tengah selama ini menjadi surga bagi kaum ekspatriat. Arab Saudi misalnya, merupakan negara dengan jumlah pekerja migran terbesar kedua di dunia setelah Jerman.
Sementara Uni Emirat Arab (UEA) pada tahun lalu menerima pekerja migran lebih besar daripada Prancis dan Kanada. Di Kuwait, ada sekitar 650.000 pekerja migran dari Filipina, India, Sri Lanka, dan Bangladesh yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga.
Para ekspatriat senang tinggal di Kuwait karena menerima insentif pajak penghasilan yang rendah. Namun, mereka cukup rentan karena tidak memiliki jaminan sosial yang cukup, baik di negara yang mereka tinggali atau negara asal.
Saat pandemi, pekerja migran dinilai sebagai sumber dari penyebaran virus corona karena tinggal di pemukiman padat penduduk. Mayoritas kasus Covid-19 di negara tersebut dialami oleh pekerja migran. (lia/sumber:inews)
Artikel Terkait :
Artikel Terbaru :
TERPOPULER
- Dukung Integrasi Pembayaran, KMT Kini Dapat Digunakan untuk Angkutan Perkotaan di Depok dan Cikarang
- AirNav Indonesia dan BSSN Perkuat Keamanan Sistem Navigasi Udara Lewat Kolaborasi Strategis
- Polsek Kepulauan Seribu Utara Gelar Patroli Malam Perintis Presisi, Sasar Kenakalan Remaja, Narkoba, Miras hingga Premanisme
- KAI Services Berbagi Kebahagiaan dengan para Pekerja di HUT ke 22 Tahun
- Hijaukan Pesisir Timur Jawa, KAI Logistik Tanam 2.000 Mangrove
- Wujudkan Pertumbuhan Inklusif, KAI Logistik Dorong Ekonomi Kerakyatan dalam Ekosistem Logistik
- Polsek Kepulauan Seribu Utara Amankan Kunjungan Gubernur DKI Jakarta ke Pulau Kelapa, Tanam Mangrove hingga Serahkan Bibit Ikan
- Pembinaan Rohani Dan Mental, Tahanan Polres Pelabuhan Tanjung Priok
- KAI Services Bahas Kolaborasi Strategis Penguatan Layanan dengan Dinas Kebudayaan Yogyakarta
- Polda Metro Jaya evakuasi 254 Warga Kebon Pala yang mengalami musibah Banjir
