UMKM Indonesia Bisa Naik Kelas Dengan Teknologi Digital

Jakarta (aksi.id) - Deputi Bidang Restrukturisasi Usaha Kementerian Koperasi dan UKM Eddy Satriya menekankan ada lima kunci dalam proses digitalisasi UKM agar bisa berkembang dan naik kelas. "UKM harus perhatikan proses produksi, distribusi, pembiayaan (cashless), pemasaran, manajemen," ungkap Eddy, dalam sebuah diskusi di Jakarta, beberapa hari lalu.
Eddy juga menyebut pentingnya konsolidasi UMKM dengan menyiapkan sentra-sentra produksi untuk menarik market yang lebih besar. "Perlu disiapkan program multiyear yang mengacu kepada ide besar dan konsep digitalisasi yang matang dan komprehensif," tandas Eddy.
Menurut Eddy, dengan mengkonsolidasikan digitalisasi UMKM yang menyebar di berbagai K/L dengan leading sektor KemenkopUKM, sehingga semua K/L memiliki 1 desain pengembangan UMKM.
Program sinergi tersebut antara lain Gerakan Belanja di Warung Tetangga. Itu merupakan kolaborasi KemenkopUKM dengan sembilan BUMN Klaster Pangan, Bulog, dan PTPN yang menghubungkan warung tradisional untuk masuk ke dalam platform daring serta menyediakan stok bahan baku yang mudah dengan harga yang kompetitif. "Sehingga, mereka dapat bersaing dengan ritel moderen," imbuh Eddy.
Di samping itu, ada Laman Khusus UMKM pada e-katalog LKPP, yang melibatkan UMKM dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah. Jumlah pelaku UMKM dalam pengadaan pemerintah secara elektronik mencapai 1.237 penyedia dengan potensi total nilai paket pengadaan pemerintah bagi pelaku usaha kecil sebesar Rp310 triliun.
Eddy menambahkan, pihak fokus pada strategi digitalisasi percepatan kebangkitan UMKM dengan menggulirkan program peningkatan kapasitas SDM melalui pelatihan, program Kelas Daring melalui edukukm.id, Sparc Campus, hingga Pahlawan Digital UMKM.
Di samping itu, mengangkat produk UMKM melalui komunitas dan aplikasi lokal seperti halnya Pasar Gotong Royong Indonesia Creative Store. Termasuk digitalisasi UMKM agar Onboarding melalui program Kakak Asuh dan UMKM Katalog Digital (IMOOJI).
"Dukungan promosi dan pemasaran, Billboard untuk local brand activist dan #banggabuatanindonesia, hingga promosi oroduk oleh PLUT KUMKM, review produk oleh influencer, artis juga musisi," papar Eddy.
Hanya saja, Edy mengakui, saat ini baru 13% dari total 63 juta pelaku UMKM yang telah masuk ke dalam ekosistem digital. Digitalisasi UMKM harus menjadi agenda kolektif, melalui edukasi lalu inkubasi bagi UMKM agar terhubung dengan ekosistem digital.
"Dalam hal ini kita tidak dapat bekerja sendiri dalam mengakomodir kebutuhan transformasi digital bagi UMKM, perlu sinergi, kolaborasi sesuai dengan arahan Presiden Jokowi untuk mencapai target dua juta UMKM Go Online di tahun 2020," pungkas Eddy. (lia)
Artikel Terkait :
Artikel Terbaru :
TERPOPULER
- Aptrindo Apresiasi Penghapusan Tilang di Jalan Raya
- Kabupaten Pidie Jaya Aceh Terendam Banjir, 1.080 Jiwa Mengungsi
- Langgar Prokes, 8 Tempat Usaha di Jakarta Pusat Diberi Sanksi
- SAKTI: Hidup Terlantar di Afrika, 13 ABK Indonesia sudah Kembali ke Tanah Air
- Presiden Jokowi Beri Selamat Atas Pelantikan Joe Biden-Kamala Harris
- Segera Beroperasi, KRL Jogja-Solo Terkoneksi ke Beragam Objek Wisata
- Banjir Bandang Campur Lumpur Terjang Gunung Mas Puncak, Warga Panik Mengungsi
- BPOM Tidak Pernah Keluarkan Izin Edar Lianhua Qingwen Capsules Obat Covid-19
- Langgar Protokol Kesehatan, Satu Tempat Usaha di Gedung UOB Diberi Sanksi
- Stakeholder Bandara Soekarno-Hatta Teken Bareng Penerapan Digitalisasi Surat Hasil Tes Covid-19