Azerbaijan Bakal Terus Kerahkan Militer Gempur Armenia

Azerbaijan mengatakan akan terus mengerahkan kekuatan militer untuk menggempur Armenia hingga mereka meninggalkan Nagorno-Karabakh.
Korban perang Armenia-Azerbaijan. (Foto: AFP/HAYK BAGHDASARYAN)
Jakarta (aksi.id) - Azerbaijan mengatakan pihaknya bertekad tetap melakukan tindakan militer di wilayah Nagorno-Karabakh sampai Armenia menarik diri dari wilayah yang disengketakan tersebut.
"Azerbaijan bertekad untuk melanjutkan operasi serangan balasan sampai kedaulatan dan integritas teritorialnya dipulihkan sepenuhnya... (dan hingga) kami dengan jelas melihat pasukan Armenia meninggalkan wilayah Azerbaijan," ujar kementerian dalam sebuah pernyataan.
Pernyataan itu mengutip utusan kementerian untuk Organisasi Keamanan dan Kerja sama di Eropa yang menengahi pembicaraan damai Karabakh.
"Kami hanya memiliki satu syarat: angkatan bersenjata Armenia harus tanpa syarat, sepenuhnya, dan segera meninggalkan tanah kami," kata Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev dalam pidato, seperti mengutip AFP.
Jika pemerintah Armenia bersedia memenuhi permintaan tersebut, Ilham mengatakan pihaknya akan mengakhiri pertempuran dan akan membangun kembali wilayah tersebut.
Pemimpin Armenia maupun Azerbaijan menolak usulan pembicaraan damai yang diserukan berbagai negara. Kedua negara hingga saat ini masih saling tuduh sebagai pihak yang menghalangi negosiasi atas wilayah separatis Nagorno-Karabakh.
Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev mengatakan kepada saluran TV Rusia, Rossia 1 bahwa negaranya telah berkomitmen untuk merundingkan resolusi tetapi Armenia menghalangi proses tersebut.
"Perdana menteri Armenia secara terbuka menyatakan bahwa Karabakh adalah (bagian dari) Armenia, titik. Dalam hal ini, proses negosiasi seperti apa yang dapat kita bicarakan," kata Aliev dilansir dari Associated Press, Rabu (30/9).
Dia menambahkan, sesuai dengan prinsip-prinsip dari kelompok Minsk, maka untuk menyelesaikan konflik Nagorno-Karabakh, wilayah ini seharusnya dipindahkan ke Azerbaijan.
Grup Minsk yang didirikan pada 1992 adalah Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama Eropa.
Sementara itu, Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan mengatakan sangat sulit untuk berbicara tentang negosiasi ketika operasi militer sedang berlangsung di wilayah tersebut. (lia/sumber:cnnindonesia)
Artikel Terkait :
Artikel Terbaru :
TERPOPULER
- Rayakan Masa Liburan Sekolah Bersama Kids Fun Menu Persembahan Kuliner Kereta
- Polsek Bantargebang Tunjukkan Aksi Bela Diri Terbaik Dalam kejuaraan Kapolres Metro Bekasi Kota Cup
- Robot Humanoid hingga Robot Dog, Polri Tampilkan Inovasi Teknologi Jelang Hari Bhayangkara
- Mulai 1 Juli 2025, CommuterLine Basoetta hanya 39 Menit ke Bandara Soekarno-Hatta, Tambah 70 Perjalanan Per Hari
- Anak Aniaya Ibu Kandung Gegara Gagal Pinjam Motor, Terancam 5 Tahun Penjara
- Insiden KRL dan Truk di Tangerang: KAI Imbau Masyarakat Lebih Tertib di Perlintasan Sebidang
- KAI Commuter dan DJKA Operasikan Bangunan Baru Stasiun Tanah Abang
- KAI Services Akan Tata Perparkiran di Stasiun Cikampek
- AstraPay Dorong Inklusi Keuangan dan Peran Generasi Muda dalam Pemulihan Ekonomi Digital
- Surabaya Unggul, KAI Logistik Perkuat Kinerja di Jawa Timur lewat Kemitraan dan Layanan Inovatif
