BREBES (Aksi.id) - Di tengah pandemi covid-19 yang berdampak pada kinerja ekspor, ternyata ada titik cerah dari sektor alas kaki. Produsen alas kaki atau sepatu asal Brebes Jawa Tengah masih mampu mengekspor jutaan pasang sepatu merek ternama seperti Adidas.

Hari ini dilakukan pelepasan ekspor 15 juta pasang sepatu yang diproduksi PT Bintang Indokarya Gemilang di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Jumat (9/10).

Wakil Menteri Perdagangan, Jerry Sambuaga didampingi Wakil Bupati Brebes, Narjo serta Komisaris PT Bintang Indokarya Gemilang memecahkan kendi sebagai tanda ekspor dilakukan.

Jerry menyampaikan, alas kaki merupakan produk yang mampu mempertahankan ekspor di tengah pandemi corona atau Covid-19. Menurutnya produk alas kaki juga dapat menjadi contoh bahwa di saat seperti ini produk buatan Indonesia tetap dapat menjaga dan terus berupaya meningkatkan ekspor.

"Ekspor alas kaki ikut memberi momentum terhadap ekspor Indonesia. Ekspor alas kaki turut berkontribusi terhadap neraca perdagangan yang positif," kata Jerry.

Pada periode Januari-Agustus 2020, ekspor alas kaki Indonesia tercatat sebesar US$ 3,17 miliar. Nilai ini meningkat 8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar US$ 2,93 miliar. Sementara itu, impor alas kaki periode Januari-Agustus 2020 tercatat sebesar US$ 418,7 juta atau turun 24,7$ dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Sepanjang tahun 2019, total ekspor alas kaki Indonesia tercatat sebesar US$ 4,4 miliar. Secara keseluruhan, pasar ekspor utama produk alas kaki Indonesia adalah Amerika Serikat, Tiongkok, Belgia, Jepang, dan Jerman.

PT Bintang Indokarya Gemilang adalah perusahaan yang memproduksi sepatu merek terkenal telah beroperasi di Brebes sejak 2015 dengan jumlah karyawan mencapai 5 ribu orang. Menurut Humas Pemkab Brebes, buyer pabrik ini adalah Adidas.

Direktur Eksekutif Aprisindo, Firman Bakri mengatakan masih adanya kegiatan ekspor di tengah pandemi, menunjukkan sektor alas kaki berbasis ekspor memang masih terus tumbuh.

"Ekspor memang masih tumbuh, market kita Amerika dan Eropa, masih pasar tradisional," kata Firman. (ds/sumber CNBC Indonesia)