press enter to search

Jum'at, 29/03/2024 19:51 WIB

Blue Origin Luncurkan Roket Milik Pendiri Amazon untuk Uji Sistem Pendaratan Manusia di Bulan

Bondan | Rabu, 14/10/2020 14:30 WIB
Blue Origin Luncurkan Roket Milik Pendiri Amazon untuk Uji Sistem Pendaratan Manusia di Bulan Wahana antariksa buatan perusahaan Blue Origin diluncurkan di kawasan West Texas, Amerika Serikat

JAKARTA (Aksi.id) - Roket buatan perusahaan antariksa Blue Origin yang dibiayai pendiri Amazon, Jeff Bezos, menguji teknologi yang akan mendaratkan astronaut ke Bulan pada tahun 2024.

Roket bernama New Shepard itu dapat mendarat secara vertikal di permukaan tanah setelah kembali dari ruang angkasa.

Roket itu membawa sensor, komputer, dan perangkat lunak yang dirancang membantu wahana antariksa mendarat secara presisi.

NASA ingin melihat bagaimana teknologi itu beroperasi di Bumi sebelum nantinya dikirim ke Bulan.

Peluncuran uji coba, Selasa (13/10/2020), adalah yang ketujuh untuk kendaraan New Shepard Blue Origin. Wahana itu sebenarnya dirancang untuk membawa wisatawan ruang angkasa dalam perjalanan "sub-orbital" singkat.

Wahana yang dibuat dengan sokongan dana Jeff Bezos itu nantinya akan membawa penumpang hingga ketinggian sekitar 100 kilometer di atas Bumi. Jarak itu memungkinkan mereka merasakan gayaberat mikro.

Para penumpang akan dibawa dalam kapsul kru yang dipasang di atas New Shepard.

Wahana bertekanan udara ini adalah kapsul berjendela terbesar yang pernah dikirim ke luar angkasa, menurut klaim Blue Origin.

Setelah mencapai luar angkasa, kapsul ini akan terpisah dari mesin pendorongnya. Keduanya lalu jatuh ke Bumi.

Selama tes Selasa kemarin (dikenal sebagai istilah NS-13), kapsul dengan lembut diterjunkan ke bawah. Adapun roket mendarat secara vertikal dengan sempurna.

"Penerbangan ini memberi banyak masukan berharga. Simulasi pendaratan di Bulan dengan New Shepard adalah pendahuluan yang bagus untuk pencapaian program Artemis bagiAmerika," kata Bob Smith, pimpinan eksekutif Blue Origin.

Muatan yang dibawa New Shepard disebut Splice, yang merupakan singkatan dari Safe and Precise Landing - Integrated Capabilities Evolution (Pendaratan yang Aman dan Tepat - Evolusi Kemampuan Terintegrasi).

Splice terdiri dari dua sistem sensor, komputer dan algoritme lanjutan, yaitu serangkaian instruksi yang akan dijalankan komputer.

Tujuan pengiriman Splice melalui New Shepard adalah menguji bagaimana elemen berbeda dari muatan itu dapat bekerja secara terintegrasi.

"Kami menggunakan pengembangan sensor yang terbaik di NASA, satu atau dua penawaran komersial, menempatkannya pada modul penggerak New Shepard," kata Stefan Bieniawski, insinyur senior di Blue Origin.

"Apa yang benar-benar berharga tentang modul penggerak ini adalah datang jauh-jauh dari luar angkasa dan melakukan pendaratan pendorong, yang sangat mirip dengan apa yang ingin kami lakukan dengan pendaratan di Bulan."

Sistem sensor Splice pertama dikembangkan oleh Draper, sebuah organisasi penelitian yang berbasis di Cambridge, Massachusetts, AS.

Sistem ini dirancang untuk melakukan "navigasi relatif medan". Kamera dalam sistem ini mengumpulkan informasi tentang lingkungan sekitar, yang kemudian dibandingkan dengan peta yang dimuat sebelumnya.

Tujuannya adalah menentukan lokasi tepat kendaraan.

Karena pada tahun 1960-an NASA hanya memiliki peta Bulan beresolusi rendah, Neil Armstrong dan Buzz Aldrin hampir jatuh di lapangan batu besar selama pendaratan bersejarah Apollo 11.

NASA ingin menghindari hal itu terulang lagi. Jadi sistem sensor seperti Draper dibuat agar pendaratan lebih aman.

"Target pendaratan Apollo berjarak beberapa mil, sementara target pendaratan kami 100 meter," kata Stefan Bieniawski.

Sistem sensor kedua wahana ini bernama Navigation Doppler Lidar, yang dikembangkan di Pusat Penelitian Langley milik NASA di Virginia.

Sistem sensor ini juga dirancang membantu kendaraan mendarat secara presisi. Namun mereka juga dapat mengirim sinar laser ke permukaan planet dan mendeteksi sinyal yang dipantulkan untuk menentukan kecepatan dan ketinggian kendaraan.

Blue Origin adalah merupakan anggota tim yang dikontrak NASA untuk mulai mengembangkan teknologi pendarat di Bulan. Jika berhasil, proyek ini akan mengembalikan manusia ke permukaan Bulan untuk pertama kalinya sejak tahun 1972.

Di bawah program Artemis, NASA berencana mengirim seorang pria dan seorang wanita ke kutub selatan Bulan. Tapi itu hanya langkah awal dalam rencana yang lebih besar untuk membangun kehadiran manusia secara jangka panjang di Bulan.

Roket New Shepard yang memiliki tinggi 18 meter diluncurkan dari fasilitas uji Blue Origin di dekat Van Horn, Texas. Wahana ini bisa mencapai ketinggian hingga 105 kilometer di atas permukaan Bumi. (dan/BBC Indonesia)