Erdogan Tuduh Rusia, AS, dan Prancis Pasok Senjata untuk Pasukan Armenia

Jakarta (aksi.id) - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menuduh Rusia, Amerika Serikat dan Prancis memasok senjata untuk pasukan Armenia dalam perang melawan Azerbaijan di wilayah Nagorno-Karabakh.
Turki diketahui memang memberikan dukungan untuk Azerbaijan.
"Apa yang mereka katakan tentang dukungan kami kepada saudara-saudara Azerbaijan kami? Apa yang dikatakan tiga Minsk Amerika Serikat, Rusia, Prancis? Mereka mendukung Armenia. Mereka menawarkan semua kemungkinan dukungan dalam hal persenjataan," kata Erdogan pada hari Minggu (18/10) dikutip dari kantor berita Rusia, TASS.
Azerbaijan dan Armenia masih terus bertempur di wilayah sengketa. Mereka sendiri telah memberlakukan darurat militer dan melancarkan upaya mobilisasi.
Kedua pihak yang terlibat konflik juga telah melaporkan adanya korban dari warga sipil.
Menyusul konsultasi yang diprakarsai Rusia di Moskow, Azerbaijan dan Armenia menyetujui gencatan senjata kemanusiaan pada 10 Oktober.
Baik Azerbaijan atau Armenia saling menukar tahanan. Namun, tak lama setelah itu mereka kembali saing serang. Masing-masing saling tuduh siapa yang lebih dulu melanggar gencatan senjata.
Apa yang diucapkan Erdogan ini cukup kontras mengingat sebelumnya Presiden Rusia Vladimir Putin telah berkomunikasi dengannya untuk bekerjasama menyelesaikan konflik di sana.
Dalam sebuah pernyataan, Kremlin menyampaikan bahwa kedua pemimpin negara itu menyerukan upaya bersama untuk mengakhiri pertumpahan darah secepat mungkin dan penyelesaian damai masalah Nagorno-Karabakh.
Bentrokan terbaru antara dua negara ini meletus pada 27 September. Pertempuran serupa pernah terjadi pada 2014, 2016, dan 2017, namun tahun ini disebut sebagai yang paling besar.
Kedua negara itu berperang untuk memperebutkan Nagorno-Karabakh yang telah mendeklarasikan sebagai wilayah otonom. Namun dunia internasional belum mengakui keberadaannya.
Wilayah itu awalnya berada di kekuasaan Azerbaijan, yang dihuni oleh mayoritas etnis Armenia. Pemerintahan di wilayah sengketa itu juga dijalankan oleh etnis yang sama.
Upaya perdamaian Nagorno-Karabakh telah berlangsung sejak tahun 1992 di bawah Minsk Group, yang dipimpin oleh Rusia, Prancis dan Amerika Serikat. (lia/sumber:cnnindonesia)
Artikel Terkait :
Artikel Terbaru :
TERPOPULER
- Mulai 1 Juli 2025, CommuterLine Basoetta hanya 39 Menit ke Bandara Soekarno-Hatta, Tambah 70 Perjalanan Per Hari
- KAI Services Akan Tata Perparkiran di Stasiun Cikampek
- Insiden KRL dan Truk di Tangerang: KAI Imbau Masyarakat Lebih Tertib di Perlintasan Sebidang
- KAI Commuter dan DJKA Operasikan Bangunan Baru Stasiun Tanah Abang
- AstraPay Dorong Inklusi Keuangan dan Peran Generasi Muda dalam Pemulihan Ekonomi Digital
- Surabaya Unggul, KAI Logistik Perkuat Kinerja di Jawa Timur lewat Kemitraan dan Layanan Inovatif
- KAI Logistik Siapkan Strategi Hadapi Lonjakan Pengiriman Motor Selama Libur Panjang dan Tahun Ajaran Baru
- Skandal Upah dan PHK di Perum Percetakan Negara RI: Direksi PNRI Terancam Dilaporkan ke Polisi
- Catat Pertumbuhan 41% hingga Mei 2025, KAI Logistik Perluas Jangkauan Logistik Lintas Pulau Hingga ke Jayapura
- Aksi Bela Diri IPDA Hari Saktiawan Polsek Bantargebang Bikin Penonton Tegang
