Analisis, Krisis PPP di Balik Niat Bajak Sandiaga Uno dari Gerindra

JAKARTA (Aksi.id) - Sejumlah Dewan Pimpinan Cabang Partai Persatuan Pembangunan (DPC PPP) mengusulkan nama Sandiaga Uno jadi calon ketua umum PPP. Pakar menilai langkah ini sebagai cermin krisis kepemimpinan di Partai Ka`bah sejak Pemilu 2019.
Munculnya nama Sandi di bursa Caketum PPP dibenarkan Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PPP, Achmad Baidowi. Menurutnya, hal itu masih sebatas usulan di tingkat pengurus daerah.
Baidowi bilang memang AD/ART PPP mewajibkan caketum menjadi pengurus tingkat pusat atau daerah selama satu periode. Namun Baidowi mengatakan, aturan itu sangat mungkin diubah dalam muktamar mendatang.
Saat ini, PPP tak punya ketua umum definitif. Suharso Monoarfa masih berstatus pelaksana tugas (Plt.) sejak Muhammad Romahurmuziy terseret kasus korupsi jabatan Kementerian Agama.
Selain nama Soeharso, PPP nyaris tak punya kader kaliber nasional yang mumpuni. Nama-nama seperti Arsul Sani, Ahmad Baidowi, dan Zainut Tauhid tak pernah masuk jajaran calon presiden potensial 2024.
Popularitas dan elektabilitas Partai Ka`bah juga merosot seiring waktu berjalan. Pada Pemilu 2019, PPP jadi partai paling kecil yang lolos ke parlemen. Suara mereka hanya 4,52 persen, tipis di atas ambang batas parlemen.
Sementara itu, nama Sandiaga mulai dikenal luas sejak 2017. Saat itu, dia memenangkan Pilkada DKI Jakarta bersama Anies Baswedan. Sandi pun menjabat Wakil Gubernur DKI Jakarta.
Popularitas Sandi kian meroket setelah memutuskan maju di Pilpres 2019. Dia mencalonkan diri sebagai wakil presiden mendampingi capres dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto.
Meski gagal dalam pilpres tahun lalu, nama Sandi masih sering muncul di tingkat nasional. Dalam sejumlah survei, elektabilitas Sandiaga masih bersaing dengan beberapa nama top, seperti Prabowo Subuanto, Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, dan Ridwan Kamil.
Dalam survei Cyrus Network pada Januari 2020, Sandiaga punya elektabilitas 18,8 persen, hanya kalah dari Prabowo. Dia juga tercatat punya popularitas 27,3 persen. Angka itu menempatkan Sandi sebagai tokoh terpopuler.
Lalu dalam survei Indikator Politik pada September 2020, Sandi berada di posisi keempat dalam urusan elektabilitas. Ia tercatat punya elektabilitas 8,8 persen.
Pengamat politik Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komaruddin menilai ada dua krisis di balik niatan PPP membajak Sandiaga Uno dari Partai Gerindra.
Pertama, PPP mengalami krisis kepemimpinan sejak Romahurmuziy dicokok KPK. Kepercayaan publik pun runtuh. Beruntung PPP mendapat cipratan suara dari mendukung Jokowi-Ma`ruf.
Krisis kedua adalah masalah keuangan. PPP dinilai kesulitan secara finansial setelah hanya memperoleh suara pas-pasan di 2019. Selain itu, tak ada tokoh super tajir di Partai Kakbah.
"Krisis leadership itu berimbas pada elektabilitas. Saya analisa wajar jika ada DPC-DPC yang usulkan nama selain kader PPP. Mengapa Sandiaga Uno? Dia kuat secara finansial, itu penting dalam politik," kata Ujang, Senin (26/10).
Meski begitu, Ujang menilai Sandiaga tak akan mau menerima tawaran itu. Sandi dinilai butuh perahu besar untuk berlayar di Pilpres 2024. Gerindra, kata Ujang, memberi kans tersebut.
Ujang menuturkan Sandiaga tak selalu punya hubungan harmonis dengan Prabowo. Misalnya saat Prabowo deklarasi kemenangan di Pilpres 2019. Atau saat Sandiaga menyatakan dapat dukungan sebagai caketum Gerindra awal tahun ini.
"Kalau Sandi mau keluar dari Gerindra, sudah dari dulu dia lakukan itu, tapi nyatanya kan tidak," ujar Ujang.
Berbeda dengan Ujang, pengamat politik Universitas Andalas Asrinaldi menilai Sandi bakal menerima pinangan itu. Dia berkata inilah kans terbesar Sandi untuk melaju di 2024.
"Di survei-survei masih kuat Prabowo, pasti akan ada keinginan capres lagi. Sementara masyarakat mengharapkan tokoh muda. Peluang itu ada di Sandiaga kalau dia keluar dari Gerindra," ucap Asrinaldi.
Meski begitu, Asrinaldi menilai jalan Sandiaga tak akan mulus. Dia memprediksi akan ada resistensi dari internal PPP terhadap kehadiran Sandi.
Asrinaldi bilang Sandiaga punya dua kelemahan, yaitu bukan kader murni PPP dan bukan keturunan ulama seperti para ketum sebelumnya. Namun kehadiran Sandi bisa jadi solusi kemenangan bagi ia dan PPP.
"Faktor yang menentukan suara partai itu adalah figur, bukan ideologi partai. Ya saya pikir pertama ada resistensi, tapi tak akan banyak. Orang sudah tahu Sandiaga Uno, partai saya kira paham," ucapnya. (ds/sumber CNNIndonesia.com)
Artikel Terkait :
Artikel Terbaru :
TERPOPULER
- Jadikan Pekerja Tangguh, KAI Services Gelar Seminar Kesehatan Mental
- Visa dan MITJ Luncurkan Pembayaran Contactless di Commuter Line Basoetta
- KAI Logistik Yogyakarta : Penghubung Dinamis Antara Wisata, Pendidikan, dan Ekonomi Kreatif
- Atasi ODOL, Pemerintah Tekankan Solusi Bersama Demi Keselamatan di Jalan
- Rayakan Masa Liburan Sekolah Bersama Kids Fun Menu Persembahan Kuliner Kereta
- Polsek Bantargebang Tunjukkan Aksi Bela Diri Terbaik Dalam kejuaraan Kapolres Metro Bekasi Kota Cup
- Robot Humanoid hingga Robot Dog, Polri Tampilkan Inovasi Teknologi Jelang Hari Bhayangkara
- Anak Aniaya Ibu Kandung Gegara Gagal Pinjam Motor, Terancam 5 Tahun Penjara
- Insiden KRL dan Truk di Tangerang: KAI Imbau Masyarakat Lebih Tertib di Perlintasan Sebidang
- Pendangkalan Laut di Pulau Baai Isolasi Akses ke Pulau Enggano, Polda Bengkulu Kerahkan Upaya Maksimal
