press enter to search

Kamis, 28/03/2024 18:59 WIB

Kisah Profesor Matematika Jadi Mualaf Sebab Surat Az-Zariyat

Redaksi | Sabtu, 12/09/2020 19:20 WIB
Kisah Profesor Matematika Jadi Mualaf Sebab Surat Az-Zariyat Tangkapan layar youtube. Kisah Profesor Matematika Jadi Mualaf Sebab Surat Az-Zariyat. Foto: Gary Miller

Karena banyaknya ayat Alquran yang ilmiah, Profesor Matematika menjadi mualaf.

JAKARTA (Aksi.id) -- Alquran adalah kitab yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu karena mendahului sains modern dengan fakta paling akurat sebagai temuan ilmiah terbaru. Gary Miller merupakan seorang profesor matematika.

Dia dibesarkan di Kanada. Sekolah-sekolah keagamaan adalah tempatnya menimba ilmu. Selain mendapatkan pengetahuan, dia di sana juga mendapatkan keimanan.

Dia kemudian belajar teologi di Universitas Wheeling Jesuit, Amerika Serikat.
Prestasi akademik banyak diraihnya di sana. Anugerah kecerdasan telah memudahkannya memahami berbagai ilmu pengetahuan. Berkat kecerdasan dan bakatnya, dia menjadi pendukung penyebaran agamanya yang aktif dalam berbagai kesempatan.

Dia menyebarkan keyakinannya kepada khalayak ramai. Dengan penuh semangat, lelaki itu berdiri di podium dan menjelaskan ajaran keimanan yang ketika itu diyakininya benar. Ceramahnya juga ditayangkan di televisi. Kemudian, ia mendapat gelar doktor dalam bidang matematika dari Universitas Toronto.

Pemikiran ilmiah Miller kerap berbenturan dengan ajaran agama yang dianut. Hal ini membuatnya tidak nyaman sehingga dia lebih memutuskan untuk berpindah ke agama lain. Dia juga berpidah-pindah rumah ibadahnya selama sembilan tahun karena tidak mendapatkan jawaban dari pemuka agama soal ketuhanan.

Pertanyaan dan penjelasan Miller kerap membuat pusing pemuka agama. Mereka yang seharusnya mampu memberikan jawaban untuk menambah keimanan masyarakat, malah terdiam. Pemuka agama itu tak dapat memberikan jawaban yang memuaskan kepada Miller.

Ketidakpuasan yang muncul karena jawaban itu tidak didiamkan. Miller mencoba mencari cara lain untuk mendapatkan jawaban yang dapat menghilangkan rasa penasarannya. Kali ini dia tidak lagi menghujani pemuka agama dengan berbagai pertanyaan mengenai ketuhanan. Dia mem baca buku-buku tentang Islam karangan orientalis.

Ketika membaca buku itu, Miller tidak melepaskan sikap kritis. Dia tetap mempertanyakan kesimpulan-kesimpulan orientalis yang kerap memojokkan ajaran Islam dan Nabi Muhammad. Bagaimana mungkin seorang nabi yang ajarannya kini mendunia disebut tidak waras. Apakah mungkin sosok utusan Sang Pencipta yang membawa dan menyebarkan risalah Ilahiyah hidup dengan abnormal. Kesimpulan-kesimpulan semacam itu sama sekali tidak masuk akal. Dia mengabaikannya.

Miller menginginkan kebenaran. Jika Muhammad adalah orang yang baik dan cerdas, mengapa dia harus berbohong untuk mengklaim kenabiannya. Atau, jika Rasul gila sehingga tidak sadar dengan tindakannya, bagaimana mungkin dia memahami wahyu Ilahi.

Jawaban tentang semua kegelisahan Miller ternyata ada dalam Alquran surah az-Zariyat ayat 52-53. Bunyinya adalah,

"Tidak seorang rasul pun yang datang kepada orang-orang sebelum mereka, melainkan mereka mengatakan, `Ia adalah seorang tukang sihir atau orang gila.` Apakah mereka saling berpesan tentang apa yang dikatakan itu. Sebenarnya mereka adalah kaum yang melampaui batas."

Sindiran Allah dalam firman itu menyadarkannya bahwa tudingan orientalis bukan hal baru. Mereka hanya mengulang apa yang dilakukan masyarakat dahulu yang menolak risalah Islam. Alquran jelas menerangkan Rasulullah tidak berdusta.

Kemudian, pandangannya kembali terbuka ketika membaca kisah anak Rasul Ibrahim yang meninggal dunia. Ibrahim meninggal bersamaan dengan gerhana matahari yang terjadi. Seorang sahabat Nabi pernah berkata, matahari hilang karena anak Rasulullah telah wafat. Rasulullah pun membantah perkataan sahabat,

"Matahari dan bulan tidak mengalami gerhana karena kematian atau hilangnya nyawa seseorang." Jawaban itu adalah bukti yang jelas bahwa Nabi Muhammad bukan pembohong ataupun orang gila.

Inspirasi dari kalam Ilahi itu menghadirkan kepuasan tersendiri. Miller kemudian makin semangat mendalami Islam. Pada tahun 1977 dia memutuskan untuk membaca Alquran. Dia juga mencari tahu apa yang benar dan salah di dalamnya. Dalam tiga hari dia membaca ayat-ayat Ilahi. Setelah selesai, dia berkata kepada diri sendiri, "Inilah keyakinan yang telah saya katakan dan percaya selama 15 tahun terakhir ini."

Pada mulanya dia meyakini, Alquran merupakan otobiografi yang membahas kehidupan Nabi Muhammad, keluarga, dan lingkungannya. Dia menganggapnya seperti kitab agama sebelumnya yang berisi hikayat orang-orang dulu.

Namun, ia terkejut menemukan hal yang tak terduga. Ternyata Alquran hanya menyebutkan nama Rasulullah sebanyak lima kali. Sementara, Alquran menyebutkan nama Nabi Isa sebanyak 25 kali. Adapun nabi Musa disebutkan lebih dari seratus kali.

Dia makin tercengang ketika menemukan surah Maryam. Sebaliknya, dia tidak menemukan satu surah pun dengan nama Khadijah, Aisyah, atau Fatimah. Dia juga tidak menemukan cerita yang berhubungan dengan perasaan pribadi Rasulullah.

Selain itu, tak ada ayat Alquran yang menceritakan euforia kemenangan Perang Badar atau penderitaan setelah Perang Uhud. Miller menemukan tidak ada satu kata pun yang disebutkan dalam Alquran tentang kesedihan yang menimpa Rasulullah. Karena kitab ini berasal dari Allah, bukan Muhammad.

Pada saat pertama kali mengetahui Alquran, dia sempat berpikir bahwa konten di dalamnya adalah pengetahuan kuno yang dibuat oleh pria gurun pasir ribuan tahun lalu. Setelah membaca ayat-ayat di dalamnya, dia menyadari prediksi itu tidak tepat.

Alquran adalah kitab yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu karena mendahului sains modern dengan fakta paling akurat sebagai temuan ilmiah terbaru. Miller kemudian memberikan penghormatan setinggi-tingginya kepada Alquran.

Dua ratus tahun lalu, ilmuwan Belanda Antony Leeuwenhoek telah menemukan bahwa 80 persen tubuh manusia terdiri atas air. Dia tidak tahu bahwa Alquran telah lebih dahulu menyebutkannya. Allah mengatakan hal itu dalam surah al-Anbiya ayat 30 dan Fussilat ayat 11.

Hal yang sama terjadi di tahun 2011 ketika Saul Perlmutter, Adam Riess, dan Brian Schmidt telah memenangkan Nobel fisika. Penghargaan yang mereka terima adalah untuk menemukan fenomena percepatan ekspansi alam semesta. Sekali lagi, fakta ilmiah ini sudah ada di dalam Alquran dalam surah az-Zariyat ayat 47. 

Ayat Embrio

Alquran juga telah berbicara tentang tahap-tahap embrio. Surah al-Hajj ayat 5 menarik perhatian Profesor Keith Moore, rekan sejawat Miller di Universitas Toronto. Moore adalah profesor embriologi dan penulis buku terkenal, The Developing Human. Buku ini merupakan referensi mahasiswa fakultas kedokteran dunia.

Alquran membuat tanda di buku-buku Profesor Keith Moore. Dalam edisi selanjutnya, dia menambahkan informasi yang dia pelajari dari Alquran tentang embriologi.

Namun, dunia telah bangkit saat Keith Moore mengeluarkan buku tentang embriologi klinis. Di dalamnya, dia menulis tentang diutamakannya Alquran dalam menyebutkan fakta perkembangan embrio.

Miller kagum dengan kesepakatan penulis Barat bahwa Alquran tidak dapat ditulis oleh Rasulullah. Karena ini adalah buku pengetahuan berisikan topik yang menakjubkan. Kesimpulan tersebut menunjukkan dengan arif bahwa Alquran adalah wahyu Ilahi.

Klaim yang paling mudah adalah bahwa beberapa komite anonim membantu Rasul mengerjakannya. Namun, ada yang bilang, setan membantunya mengarangnya. Ini adalah kesimpulan yang penuh fitnah. Miller memikirkan secara mendalam tentang klaim terakhir dan menganggapnya sebagai semacam pelarian dan kegagalan untuk menghadapi kebenaran.

Jika Alquran diilhami setan, mengapa iblis mengisi bukunya dalam penghinaan terhadap setan. Makhluk pengganggu manusia itu selalu mengajak manusia untuk mengingkari perintah Allah sehingga mereka akan masuk ke dalam neraka penuh siksa.

Banyak buku tidak dapat menyuguhkan penjelasan yang dapat diterima tentang keajaiban Quran. Berbagai kesimpulan buruk tentang Islam selalu dilontarkan dalam berbagai media. Namun, itu semua justru menjadi pemicu orang untuk lebih mendalami hakikat Islam.

Gary Miller memeluk Islam pada tahun 1978. Dia memilih nama mualaf Abdul Wahid Omar. Dia mengundurkan diri dari pekerjaannya di departemen matematika dan lebih memilih mengabdi untuk berdakwah di Kanada. Buku yang ditulisnya menarik perhatian banyak orang berjudul The Stunning Quran (ny/Sumber; Republika.co.id)