press enter to search

Selasa, 30/05/2023 11:15 WIB

Puasa Ramadhan dan Lailatul Qodar

Redaksi | Senin, 27/03/2023 10:14 WIB
Puasa Ramadhan dan Lailatul Qodar Tahrib Ramadhan (ilustrasi)

JAKARTA (aksi.id) - Dalam catatan sejarah, puasa Ramadhan diwajibkan sejak tahun tahun ke 2 Hijriyah atau ketika Rasululloh SAW baru sekitar 18 bulan bertempat tinggal di

Madinah.

Sepanjang hayatnya, Rasulullah SAW berpuasa selama sembilan kali Ramadhan. Perinciannya, delapan kali puasa selama 29 hari dan satu kali berpuasa selama 30 hari.

Dalam sistem kalender Qomariyah penentuan jumlah hari dalam setiap bulannya dapat berkisar 29 atau genap 30 hari.

Mengapa kewajiban berpuasa dalam Islam hanya pada bulan Ramadhan? Mengapa tidak di Syawwal, Muharom, Rabiul Awal, dan lain sebagainya, tidak ada penjelasan yang komprehensif untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan semisal itu.

Semua itu merupakan garis ketentuan dan rahasia Allah Swt. Sebagai umat Islam yang bertaqwa kita wajib mematuhinya.

Ramadhan yang diberkati adalah merupakan bulan amal, perbaikan, dan kegiatan-kegiatan sholeh yang lainnya.

Sebagaimana Al-Qur’an kitab-kitab samawi lainnya juga diturunkan dalam bulan yang diberkati ini kepada masing-masing Nabi.

Iman Ja’far shadiq, berkata:
1. Taurat diturunkan kepada nabi Musa AS pada 6 Ramadhan.
2. Injil diturunkan kepada Nabi Isa AS pada 12 Ramadhan.
3. Zabur diturunkan kepada Nabi Daud AS di 18 Ramadhan.
4. Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW pada 17 Ramadhan (malam Lailatul Qudar).

Malam ini diabadikan dalam firman Allah swt dalam surat Al-Qodar: 1-5. Artinya:Sesungguhnya kami telah menurunkan Al-Qur’an pada malam penuh kemuliaan dan tahukah kamu malam Qodar yang penuh dengan kemuliaan itu? Lailatul Qodr itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dengan Jibril sebagai pimpinannya dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua pekerjaan mereka – malam itu penuh kedamaian sampai menjelang Fajar (Al-Qodr=1- 5) .

Malam Qodr yang lebih baik dari seribu bulan adalah satu malam satu waktu dalam bulan Ramadhan yang membawa dan menentukan sejarah berakhirnya masa gelap digantikan masa terang benderangnya ajaran Al Qur’an, wahyu Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW.

Masa peralihan inilah ditandai dengan turunnya “Lailatul Qodr”, suatu malam yang mempunyai kekuatan, yang dahsyat untuk menjebol, mencabik-cabik kegelapan syirik, khurofat & Bid’ah, menuntut ummat manusia menuju kepada kesatuan aqidah, kesatuan pandangan hidup, kesatuan & persatuan ummat yang beribadah mengagungkan Allah SWT.

Suatu malam perpindahan sejarah yang dielu-elukan oleh barisan malaikat yang dipimpin oleh Jibril menjelaskan wahyu Al-Qur’an kepada Muhammad SAW, mewakili umat manusia dan kemanusiaan.

1 malam = 1000 bulan -> 83 tahun -> 4 bulan. Dongeng, cerita, dibawa syaiton, bukan sesuatu yang misterius. Dalam bahasa arab kata “inna” sebagai penguat hukum dan merespon jawaban yang masih sanksi atau ragu.

Al-Qur’an terdiri dari 114 surat, 6.236 ayat dan 30 Juz.
Arti lain dari “Qadar” adalah keagungan {makanun aliyun} seperti yang disebutkan QS. Az-Zumar: 67, yang artinya: “Dan mereka tidak mengagungkan Allah sebagaimana mestinya padahal bumi dan seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit di gulung dengan tangan kanan-Nya. Maha suci Dia dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka sekutukan.

Arti lain dari pada “Qadar” yaitu sesuatu yang di tentukan sesuai kadarnya. QS.Al Qomar: 49, yang artinya: “Sesungguhnya kami menurunkan nya (Al-Qur’an) pada malam yang diberkahi, sungguh kamilah yang memberi peringatan.Carilah dengan hati-hati Lailatul Qodar pada malam-malam yang ganjil dari 10 malam terakhir dari bulan Ramadhan (HR Bukhori) Zaid bin Haritsah.

Allah yang menetapkan garis khithoh hidup bagi kepentingan manusia sendiri yang mau menghidupkan aturan-aturan Allah.

Orang yang mematuhi peraturan Allah, mendapatkan barokah dalam rizqi menjalani profesi yang halal dan baik diampuni kesalahan & kekurangannya, selama dia mau bertaubat dan diberi pahala di akhirat, sesuai firman Allah SWT sebagaimana dalam QS. Al-Anfaal: 24, yang artinya: “Wahai orang-orang beriman, tunaikanlah seruan Allah dan imbauan Rasul, jika Rasul mengimbau kamu untuk menghidupkan, menjunjung tinggi kalimat Allah dan ketahuilah bahwa Allah sesungguhnya mendinding manusia dengan hatinya. (Dia menguasai hati manusia) dan sesungguhnya kepada-Nya lah kamu dikumpulkan.”

Ada juga yang menyebutnya: malam yang diberkahi (Lailah Mubarokah) QS. AdDukhan: 3, yang artinya: “Sesungguhnya kami menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam yang diberkahi, sungguh kamilah yang memberi peringatan.”

Jelaskan bahwa hidup bukanlah sekadar bernafas, tetapi hidup yang bisa menghidupkan perintah Allah dan sunnah Rasul, sehingga serasi dengan martabat manusia yang lebih mulia dari makhluk yang lain karena selalu bergerak, mencari dan mendapatkan sumber kekuatan untuk memelihara
kelangsungannya.

Ibarat sebutir benih sawi yang kecil diletakkan diatas tanah yang subur, dalam beberapa waktu menampakkan adanya kehidupan,mekar untuk kemudian memecahkan kulit pembungkusnya, berkembang & berkembang untuk kemudian keluarlah akar serentak dengan mekarnya tunas,akarnya menembus kelapisan tanah, sedangkan tunasnya menuju kesinar matahari, itulah satu contoh kehidupan yang bergerak walaupun hanya dari tingkat yang sangat sederhana.

Sepatah kalimat Allah yang ditanam dalam hati manusia yang sudah terbuka disirami dengan air iman disinari cahaya hidayah, dipupuk dengan rabuk taqwa disiangi dari rumput syirk, pada suatu saat akan menampakkan geraknya kekuatan yang dahsyat, gerakan inilah yang menjadi tanda adanya hidup, hidup yang bermakna berjuang, akar tunggang makin mendalammenyuburkan hatinya, pokoknya, dahan, ranting dan dedaunannya menjulang tinggi kelangit sinarnya hidayah, buahnya amal-amal kebajikan merata keseluruh bumi.

Firman Allah SWT QS. Ibrohim: 24-25, yang artinya : “Tidaklah kamu memerhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik, seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Tuhannya. Dan Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat.”

Oleh karena itu, mari kita manfaatkan momentum ibadah di bulan suci Ramadhan ini, baik ibadah shaum, sholat Tarawih maupun Shalat-shalat malam lainnya, tadarus dan menaburi Al-Qur’an, shalat berjamaah di masjid-masjid, maupun ibadah-ibadah sosial lainnya, seperti infak dan sedekah, dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan, disertai upaya yang sungguh-sungguh pula untuk menjauhkan diri dari perbuatan dan ucapan yang tidak ada manfaatnya.

Selamat melaksanakan ibadah Shaum semoga Allah Swt selalu melimpahkan keberkahan hidup kepada kita semua.

Wallahu’alam bi ash
shawab.

Penulis: Ahmad Tavip Budiman,S. Ag. M. Si
(Ketua Komisi dakwah & pemberdayaan masyarakat- MUI￾Kota Bogor, masa Khidmat tahun 2022- 2027)