Cold Parenting bisa Sebabkan Penuaan Dini pada Anak

JAKARTA (aksi.id) - Cold parenting merupakan gaya pengasuhan orang tua yang agak cuek pada anak dan tidak begitu tertarik dengan kegiatan yang dilakukan sang buah hati. Cold parenting juga disebut sebagai pengasuhan yang lalai, dimana orang tua tidak responsif terhadap kebutuhan anak.
Dilansir Times Now News, orang tua yang mempraktikkan gaya cold parenting umumnya memiliki sedikit investasi emosional dengan anak-anak mereka. Sementara, orang tua yang menyediakan kebutuhan dasar anak, secara emosional hampir tidak terlibat dalam kehidupan anak mereka.
Berdasarkan penelitian terbaru, cold parenting dapat menempatkan anak pada risiko penuaan dini dan meningkatkan risiko penyakit di kemudian hari. Studi ini diterbitkan dalam jurnal Biological Psychology dan dipimpin oleh penulis utama Raymond Knutsen, Associate Professor di Loma Linda University School of Public Healthdi Amerika.
Studi ini membaca sampel, dimana ditemukan bahwa telomer, tutup pelindung di ujung untaian DNA peserta yang menganggap gaya pengasuhan ibu mereka “dingin” rata-rata 25% lebih kecil jika dibandingkan dengan mereka yang mengidentifikasi gaya pengasuhan ibu mereka sebagai "hangat".
Ini berarti risiko penuaan dini yang lebih tinggi karena telomer pendek terkait dengan stres awal kehidupan yang tinggi dan percepatan penuaan seluler serta peningkatan risiko penyakit di kemudian hari. Penelitian lain menunjukkan berbagai efek negatif cold parenting pada anak-anak.
Cold parenting dapat merusak kemampuan anak dalam kinerja sosial dan akademik. Anak-anak dari orang tua yang tidak terlibat paling sering memiliki kinerja yang buruk di semua bidang kehidupan. Mereka memiliki masalah berkinerja baik secara akademis, membentuk hubungan, dan dalam memperoleh keterampilan emosional juga sosial.
Selain itu, anak-anak dari orang tua yang mempraktikkan pola asuh cold parenting mengalami kesulitan dalam membentuk keterikatan dalam kehidupan dan lebih cenderung untuk berperilaku tidak pantas. Mereka juga mungkin menderita masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi yang dipicu karena perasaan tidak diinginkan.(lia/sumber:sindonews)
Artikel Terkait :
Artikel Terbaru :
TERPOPULER
- Mulai 1 Juli 2025, CommuterLine Basoetta hanya 39 Menit ke Bandara Soekarno-Hatta, Tambah 70 Perjalanan Per Hari
- KAI Services Akan Tata Perparkiran di Stasiun Cikampek
- Insiden KRL dan Truk di Tangerang: KAI Imbau Masyarakat Lebih Tertib di Perlintasan Sebidang
- KAI Commuter dan DJKA Operasikan Bangunan Baru Stasiun Tanah Abang
- AstraPay Dorong Inklusi Keuangan dan Peran Generasi Muda dalam Pemulihan Ekonomi Digital
- Surabaya Unggul, KAI Logistik Perkuat Kinerja di Jawa Timur lewat Kemitraan dan Layanan Inovatif
- KAI Logistik Siapkan Strategi Hadapi Lonjakan Pengiriman Motor Selama Libur Panjang dan Tahun Ajaran Baru
- Skandal Upah dan PHK di Perum Percetakan Negara RI: Direksi PNRI Terancam Dilaporkan ke Polisi
- Catat Pertumbuhan 41% hingga Mei 2025, KAI Logistik Perluas Jangkauan Logistik Lintas Pulau Hingga ke Jayapura
- Aksi Bela Diri IPDA Hari Saktiawan Polsek Bantargebang Bikin Penonton Tegang
