Kementerian ESDM: Pertamina Mulai Uji Coba Membuat Avtur dari Sawit

Plt Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Djoko Siswanto menjelaskan produksi avtur berbahan dasar sawit dihasilkan melalui proses campuran biodiesel 100 persen (B100). Saat ini, Pertamina baru mengembangkan B30. Rencananya, program ini terus ditingkatkan hingga mencapai B100.
"Empat ini menjadi target kami dalam B100 itu. Jadi bisa menghasilkan solar murni, bensin murni, avtur, dan elpiji," katanya Jumat (16/8).
Perusahaan minyak negara tersebut lanjutnya, telah menyiapkan dua kilang yang akan menjadi sarana pengolahan B100. Kilang tersebut adalah, Plaju di Sumatera Selatan dan Dumai, Riau.
Ia bilang saat ini campuran minyak sawit di dua kilang tersebut masih berkisar 12,5 persen. Namun demikian, ia tidak bisa memprediksi tepatnya kilang tersebut bisa memproduksi B100.
Akan tetapi, mengacu peta jalan yang sudah dirumuskan, pemerintah melaksanakan program wajib B20 pada tahun ini. Di saat yang sama, pemerintah turut melangsungkan uji coba B30 pada Juni-Oktober 2019.
Setelah itu, pemerintah akan menerapkan program wajib B30 pada Januari 2020. Rencananya, pengembangan akan dilanjutkan dengan program B50 pada akhir tahun depan dan B100 pada 2021.
"Komposisinya sekarang minyak sawit yang masuk dalam Kilang Dumai dan Plaju baru 12,5 persen. Nah, ini akan kami tingkatkan dari waktu ke waktu sampai dengan B100," katanya.
Mengenai keinginan Jokowi lainnya yakni menjadi eksportir avtur, ia menyebut hal tersebut sudah terealisasi. Pasalnya, Pertamina telah mengirim avtur ke luar negeri.
Pernyataan Djoko ini telah diamini oleh VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman yang mengaku perseroan baru mulai mengekspor avtur sejak Juli 2019.
Ia menuturkan Pertamina telah memproduksi avtur dalam negeri. Salah satu kilang yang memproduksi avtur adalah Kilang RU IV Cilacap yang memiliki kapasitas produksi 1,7 juta barel per bulan.
Pertamina, lanjutnya, mengkonversi sumur penghasil minyak tanah menjadi avtur lantaran penggunaan minyak tanah telah tergantikan dengan elpiji. Di sisi, lain peningkatan pasokan avtur ditopang penurunan permintaan dari industri penerbangan.
"Sekarang minimum kami sudah tidak impor avtur, karena kami sudah bisa produksi avtur di kilang dalam negeri," tuturnya.
Dalam Sidang Bersama DPD-DPR Jokowi menyatakan ingin impor avtur segera dikurangi. Tidak hanya itu, ia berharap Indonesia bisa ekspor bahan bakar pesawat tersebut.
Ia ingin Indonesia bisa menjadi produsen avtur berbahan minyak kelapa sawit. "Kami sudah memproduksi sendiri avtur hingga tidak impor avtur lagi. Tapi, kami bisa lebih dari itu, kami bisa ekspor avtur, kami juga ingin produksi avtur berbahan sawit," tegas Jokowi. (Lia/sumber:cnnindonesia)
Artikel Terkait :
Artikel Terbaru :
TERPOPULER
- Dukung Integrasi Pembayaran, KMT Kini Dapat Digunakan untuk Angkutan Perkotaan di Depok dan Cikarang
- AirNav Indonesia dan BSSN Perkuat Keamanan Sistem Navigasi Udara Lewat Kolaborasi Strategis
- Polsek Kepulauan Seribu Utara Gelar Patroli Malam Perintis Presisi, Sasar Kenakalan Remaja, Narkoba, Miras hingga Premanisme
- KAI Services Berbagi Kebahagiaan dengan para Pekerja di HUT ke 22 Tahun
- Hijaukan Pesisir Timur Jawa, KAI Logistik Tanam 2.000 Mangrove
- Wujudkan Pertumbuhan Inklusif, KAI Logistik Dorong Ekonomi Kerakyatan dalam Ekosistem Logistik
- Polsek Kepulauan Seribu Utara Amankan Kunjungan Gubernur DKI Jakarta ke Pulau Kelapa, Tanam Mangrove hingga Serahkan Bibit Ikan
- Pembinaan Rohani Dan Mental, Tahanan Polres Pelabuhan Tanjung Priok
- KAI Services Bahas Kolaborasi Strategis Penguatan Layanan dengan Dinas Kebudayaan Yogyakarta
- Polda Metro Jaya evakuasi 254 Warga Kebon Pala yang mengalami musibah Banjir
