Masjid di Amerika Salurkan Bantuan Pangan bagi Warga Terdampak Pandemi

WASHINGTON DC (Aksi.id) - Menurut organisasi nirlaba Feeding America, satu dari enam warga AS tidak punya akses ke makanan yang sehat dan aman. Salah satu bank makanan di sekitar Washington DC berusaha mengubahnya.
Akhir-akhir ini di Amerika, orang-orang mengantre untuk mengambil makanan gratis, karena banyak yang kehilangan pekerjaan.
"Saya baru mulai datang sejak 3 atau 4 bulan lalu," kata seorang warga.
"Saya datang kesini selama lebih dari 5 tahun."
Tak jauh dari Washington DC, Masjid Dar al-Hijra, Virginia Utara, membagikan makanan gratis kepada mereka yang membutuhkan. Ada yang baru datang pertama kalinya, tapi banyak juga yang datang bertahun-tahun.
Kelaparan di Amerika bukan hal baru. Tapi keadaannya semakin buruk karena pandemi virus corona menyebabkan banyak orang kehilangan pekerjaan.
Lembaga amal Feeding America memperkirakan 1 dari 6 warga Amerika terancam kelaparan karena pandemi.
Bank pangan di seluruh Amerika kebanjiran permintaan karena semakin banyak warga menganggur.
"Orang mengira `oh, kamu di Amerika tidak ada yang kelaparan.` Tapi Anda akan terkejut karena banyak yang kelaparan. Mereka tak tahu apakah harus menyimpan uang untuk makan atau membayar sewa rumah. Mereka bayar sewa terlebih dulu," kata Janine Ali, Volunteer, relawan di Masjid Dar Al Hijrah lainnya.
Ratusan pusat ibadah di Amerika, seperti Dar Al Hijrah, menjadi bank pangan setiap minggu. Di sini, makanan dari bank pangan yang lebih besar dibagikan kepada yang membutuhkan. Feeding America, jaringan pangan terbesar, mengelola sekitar 200 bank pangan di seluruh Amerika.
Organisasi non-pemerintah ini mengumpulkan dan membagikan berton-ton makanan setiap tahun, dibantu oleh para relawan.
Naeem Baig dari Dar Al Hijrah datang ke Amerika dari Pakistan lebih dari 30 tahun lalu. Dia mengatakan kemiskinan di Amerika memang berbeda, tapi penderitaan yang dialami warga miskin sama saja.
Imam Naeem Baig dari Masjid Dar Al Hijrah mengatakan, "Definisi kemiskinan atau orang miskin di Pakistan, India atau negara lain itu kalau Anda tak punya sepatu atau bajunya robek. Tapi di AS, orang miskin datang naik mobil. Mobil bukan kemewahan di sini, tapi kebutuhan."
Relawan dan staf mengatakan kebanyakan warga yang minta bantuan, kurang berpendidikan dan kurang cakap berbahasa Inggris, sehingga tak punya pekerjaan yang bagus. Ditambah pandemi COVID-19 yang memperbesar kesenjangan antara kaya dan miskin di negara dengan perekonomian terbesar di dunia ini.
Artikel Terkait :
Artikel Terbaru :
TERPOPULER
- Hijaukan Pesisir Timur Jawa, KAI Logistik Tanam 2.000 Mangrove
- Wujudkan Pertumbuhan Inklusif, KAI Logistik Dorong Ekonomi Kerakyatan dalam Ekosistem Logistik
- KAI Services Bahas Kolaborasi Strategis Penguatan Layanan dengan Dinas Kebudayaan Yogyakarta
- Operasi Patuh 2025: Fokus Edukasi dan Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas
- Polda Metro Jaya evakuasi 254 Warga Kebon Pala yang mengalami musibah Banjir
- Ribuan Biker Ramaikan Bhayangkara Scooter Days di Jakarta, Kapolda: Ini Wadah Kampanye Safety Riding
- Polisi Baik Polsek Kepulauan Seribu Utara Bantu Penumpang Turun Kapal, Cegah Sajam dan Narkoba Masuk Dermaga
- PT Patra Drilling Contractor Gelar Culture Day Vol. 1, Wujudkan Lingkungan Kerja Sehat dan Kolaboratif
- Patroli Satpolairud Polres Kepulauan Seribu Antisipasi Perompak, Himbau Gunakan Life Jacket dan Waspada Cuaca Buruk
- Mantap, Kapolres Pelabuhan Tanjung Priok Raih Penghargaan Bergengsi dalam Rakernis Perencanaan Polda Metro Jaya 2025
