press enter to search

Jum'at, 26/04/2024 20:09 WIB

Djoko Setijowarno: Ramah Disabilitas, Stasiun LRT Palembang Patut Dicontoh

| Senin, 13/08/2018 15:03 WIB
Djoko Setijowarno: Ramah Disabilitas, Stasiun LRT Palembang Patut Dicontoh

PALEMBANG (aksi.id) - Djoko Setijowarno, pengamat transportasi dari Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang, Jawa Tengah, baru-baru melakukan pengamatan onthe spot pelayanan LRT Palembang, Sumatera Selatan

Djoko Setijowarno mengirim ulasannya soal stasiun LRT Palembang ke Aksi.id dan BeritaTrans.com, Senin (13/8/2018). Berikut reportasenya:

Fasilitas transportasi LRT Palembang  memiliki 13 stasiun tempat penumpang naik dan turun. Stasiun yang dibangun diupayakan semaksimal mungkin harus ramah terhadap bagi warga keterbatasan khusus atau disabilitas.

Mulai dari pedestrian di tepi jalan yang sudah dilengkapi dengan alur khusus bagi keterbatasan khusus yang kurang dapat melihat hingga ke dalam ruang stasiun dan tempat berdiri penumpang di dekat LRT berhenti.

Bahkan penghubung pedestrian dan lantai dua diupayakan landai dengan kemiringan kurang dari 10 derajat, supaya berjalan kaki menuju lantai dua tidak terasa lelah. Ada jalur khusus pejalan kaki yang terlindungi cukup panjang dari pusat perbelanjaan. Sudah dibangun di Stasiun DJKA. Contoh seperti ini diharapkan nantinya juga ada di stasiun lainnya, yakni penghubung stasiun dengan gedung sekitarnya. Tidak hanya pusat perbelanjaan, bisa juga perkantoran atau pusat keramaian lainnya.

Di setiap stasiun minimal ada anak tangga dan escalator. Escalator tidak hanya di dalam ruang stasiun, namun di luar bangunan stasiun juga disediakan. Di beberapa stasiun juga diberikan lift mulai lantai satu, seperti Stasiun Ampera. Tersedia halte bus untuk melanjutkan perjalanan dengan menggunakan angkutan umum.

Ruang cukup luas di lantai dua membuat suasana tidak begitu panas. Setiap stasiun dilengkapi toilet, mushola, ruang kesehatan, ruang menyusui, ruang kepala stasiun yang berada di lantai dua. Tersedia ruang tunggu yang diperuntukkan penyandang keterbatasan (kursi roda), dan tempat duduk untuk wanita, dengan anak, wanita hamil dan lanjut usia.

Juga ada lift, escalator dan anak tangga menuju lantai tiga. Di lantai dua ada loket pembelian tiket dan gate keluar masuk dilengkapi alat dekeksi tiket menggunakan kereta.

Sistem tiket elektronik digunakan untuk menggunakan kereta. Warga sudah mulai dibiasakan menggunakan uang elektronik. Kendati juga masih disediakan pembelian tiket dengan uang kertas.

Khusus koridor penghubung antara Bandar Sultan Mahmud Badaruddin II dengan Stasiun Bandara dilengkapi dengan penyejuk ruangan.

Stasiun memiliki warna tertentu dapat membantu untuk mudah dikenali oleh warga yang kurang pendengaran. Selain dapat membaca ketika duduk sedang berada di stasiun mana ketika berhenti. Warna-warni stasiun membikin suasana berbeda dengan stasiun kereta lain di Indonesia. Stasiun Bandara didominasi warna biru, Stasiun Asrama Haji hijau, Stasiun Punti Kayu biru, Stasiun RSUD abu-abu, Stasiun Garuda Dempo abu-abu, Stasiun Demang abu-abu, Stasiun Bumi Sriwijaya ungu, Stasiun Dishub biru, Stasiun Cinde kuning muda, Stasiun Ampera merah, Stasiun Polresta abu-abu, Stasiun Jakabaring kuning dan Stasiun DJKA oranye.

Stasiun LRT Sumatera Selatan tidak hanya untuk publik biasa akan tetapi menyediakan fasilitas yang standar pula buat disabilitas. Publik sengaja dibuat nyaman masuk dan keluar stasiun. Standar keselamatan di stasiun harus diperhatikan sekali. Apalagi LRT Sumatera Selatan merupakan kereta ringan pertama yang beroperasi di Indonesia.

Menggunakan sarana produk karya putra putri Bangsa Indonesia, yakni PT Inka di Madiun, memberi arti tersendiri di bulan Agustus ini. Tidak hanya untuk melayani perhelatan internasional Asian Games XVIII, tetapi memberikan hadiah istimewa bagi bangsa Indonesia yang akan merayakan HUT Kemerdekaan RI ke 73 tahun ini.

Stasiun kereta yang ramah bagi penyandang keterbatasan khusus sudah memenuhi standar pelayanan minimum stasiun. Bagi keterbatasan khusus tidak menjadi masalah untuk mennggunakan LRT Sumatera Selatan dalam bertransportasi.

Stasiun ramah disibilitas seperti itu patut menjadi percontohan bagus untuk stasiun-stasiun kereta lainnya di tanah air. Bahakna patur lebih baik lagi kualitasnya.(ds).