Harga Turun Drastis, Petani Cabai Khawatir Tak Bisa Bertanam Kembali

JAKARTA (Aksi.id) - Harga komoditas cabai di sejumlah sentra turun drastis hingga Rp 5.000 per kilogram (kg). Hal itu berdampak pada kerugian usaha petani dan bakal berimbas pada minimnya modal untuk kembali melakukan kegiatan pertanaman.
Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) Abdul Hamid, mengatakan, harga rata-rata cabai rawit merah dari petani hanya dihargai sekitar Rp 4.500 per kg sedangkan cabai merah keriting berkisar Rp 5.500 per kg.
"Kita sudah prediksi ini sejak bulan Maret, Covid-19 ini bahaya maka perlu antisipasi karena ada dampak ekonomi petani," kata Abdul kepada wartawan Selasa (12/5/2020).
Abdul menuturkan, rata-rata modal petani cabai antara Rp 13 ribu - Rp 14 ribu per kg untuk seluruh jenis cabai. Petani mendapatkan keuntungan 30 persen sehingga harga jual dari petani berkisar Rp 18 per kg. Oleh karena itu, penurunan harga yang terjadi cukup dalam dan menekan omzet petani.
Dampak ekonomi yang yang dikhawatirkan terjadi yakni kesulitan modal bagi petani untuk melakukan kegiatan pertanaman pada musim selanjutnya. Hal itu mesti dicermati, sebab mulai September hingga akhir tahun krisis cabai dalam negeri bisa terjadi jika pertanaman cabai minim.
"Sekarang sudah susah mau bicara kembali pokok modal saja. Tidak mungkin bisa tanam lagi karena dampak ekonominya susah sekali," kata Abdul.
Musim panen raya cabai tengah berlangsung sejak April lalu dan diprediksi berakhir pada Juli mendatang. Namun di saat yang bersamaan, permintaan masyarakat menurun drastis sebagai dampak sentimen negatif Covid-19 yang menurunkan konsumsi.
Sebagai contoh, Abdul menjelaskan, rata-rata akumulasi seluruh jenis cabai yang dipasok ke pasar tradisional wilayah Jabodetabek sekitar 100 ton per hari. Namun, saat ini permintaan hanya sekitar 20 ton per hari. Ia menuturkan, arus logistik untuk pengiriman bahan pangan tidak terganggu hanya saja permintaan yang mengalami penurunan drastis.
"Pada panen raya saja, biasanya rata-rata suplai 150 ton, tapi permintaan tetap sekitar 100 ton. Nah sekarang 20 ton sehari saja sudah sulit," kata Abdul.
Oleh karena itu, AACI berharap pemerintah bisa membuat kebijakan untuk menjamin keberlangsungkan kegiatan produksi cabai dalam negeri. Sebab, kondisi surplus yang terjadi saat ini bisa berbalik menjadi defisit pada akhir tahun jika tidak diantisipasi sejak dini. (fhm/sumber republika)
Artikel Terkait :
Artikel Terbaru :
TERPOPULER
- Hijaukan Pesisir Timur Jawa, KAI Logistik Tanam 2.000 Mangrove
- Wujudkan Pertumbuhan Inklusif, KAI Logistik Dorong Ekonomi Kerakyatan dalam Ekosistem Logistik
- KAI Services Bahas Kolaborasi Strategis Penguatan Layanan dengan Dinas Kebudayaan Yogyakarta
- Operasi Patuh 2025: Fokus Edukasi dan Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas
- Polda Metro Jaya evakuasi 254 Warga Kebon Pala yang mengalami musibah Banjir
- Ribuan Biker Ramaikan Bhayangkara Scooter Days di Jakarta, Kapolda: Ini Wadah Kampanye Safety Riding
- Polisi Baik Polsek Kepulauan Seribu Utara Bantu Penumpang Turun Kapal, Cegah Sajam dan Narkoba Masuk Dermaga
- PT Patra Drilling Contractor Gelar Culture Day Vol. 1, Wujudkan Lingkungan Kerja Sehat dan Kolaboratif
- Patroli Satpolairud Polres Kepulauan Seribu Antisipasi Perompak, Himbau Gunakan Life Jacket dan Waspada Cuaca Buruk
- Mantap, Kapolres Pelabuhan Tanjung Priok Raih Penghargaan Bergengsi dalam Rakernis Perencanaan Polda Metro Jaya 2025
