press enter to search

Kamis, 28/03/2024 21:15 WIB

China Tingkatkan Pengawasan Terhadap Agama

Redaksi | Rabu, 21/10/2020 14:03 WIB
China Tingkatkan Pengawasan Terhadap Agama Bendera China berkibar di depan gereja Katolik di Desa Huangtugang, Provinsi Hebei, China.

BEIJING (Aksi.id) - China tampaknya memperkuat pengawasan sensornya atas publikasi agama Kristen yang disetujui untuk didistribusikan oleh negara.

Meskipun Partai Komunis China melarang banyak teks agama dan buku lain yang dianggap subversif, tetapi beberapa kelompok Kristen bisa mendistribusikan buku-buku agama yang memenuhi persyaratan sensor negara.

Menurut China Aid, sebuah LSM Kristen yang berfokus pada peningkatan kesadaran akan kebebasan beragama di China, baru-baru ini, sensor telah mulai menghapus kata "Kristus" dan "Yesus" dari beberapa publikasi, termasuk di jaringan media sosial China, menggantinya dengan huruf “JD” dan “YS”.

Cendekiawan lain mengatakan umat Kristen sendiri mungkin mengganti sendiri kata-kata dalam teks untuk menghindari sensor daring (online) yang mungkin memblokir kata-kata tersebut untuk menjangkau pembaca daring.

Pengawasan otoritas China terhadap umat Kristen lebih dari sekadar menyensor publikasi keagamaan. Dalam beberapa tahun terakhir, terjadi peningkatan jumlah gereja dan salib besar yang dibongkar oleh negara karena diduga melanggar peraturan.

Xu Yonghai, seorang pendeta di sebuah gereja keluarga di Beijing, mengatakan kepada VOA bahwa sejak 2014, Partai Komunis China telah menarget gereja-gereja yang disetujui pemerintah.

“Selama masa jabatan mantan Presiden Jiang Zemin, semua gereja resmi adalah pembantu Partai dan tidak pernah berada di bawah tekanan. Namun, sejak 2014, pemerintah mulai membatasi gereja bawah tanah dan gereja resmi," katanya, seraya menambahkan bahwa ini menunjukkan China memperketat pengawasan agama dan mendorong komunisme.

Sementara itu, ketika Vatikan melanjutkan hubungannya dengan Partai Komunis China, ada beberapa umat Katolik yang mengatakan kesediaan Gereja untuk bekerja dengan otoritas belum meningkatkan kebebasan beragama mereka sendiri, terutama bagi umat pengikut gereja bawah tanah.

Bulan ini Vatikan mengonfirmasi Paus Fransiskus telah menyetujui kesepakatan dengan China mengenai proses, yang masih dirahasiakan, untuk menyetujui para uskup di negara itu. Vatikan membela upaya itu sebagai hal yang diperlukan untuk mengembangkan gereja di sana.

Namun di China, sebagian umat Katolik berkeberatan dengan upaya tersebut. (ds/sumber VOA Indonesia)