press enter to search

Sabtu, 27/04/2024 21:12 WIB

Pengemudi Bus ALS ini Geber Jakarta-Medan

Fahmi | Rabu, 25/08/2021 22:41 WIB
Pengemudi Bus ALS ini Geber Jakarta-Medan Pengemudi bus ALS Ahmad Yunus Nasution saat menaikkan penumpang di agen pool ALS Bekasi, Rabu (25/8/2021).

BEKASI (Aksi.id) - Berawal dari mengendari bus ALS rute Malang-Jember-Medan, kini karena mengalami penurunan penumpang, pengemudi bus jurusan hanya sampai Jakarta.

"Biasa batangan aku (Malang) Jember. Malas, covid ini sewanya enggak ada," kata Ahmad Yunus Nasution kepada BeritaTrans.com dan Aksi.id di Bekasi, Rabu (25/8/2021).

Dia menceritakan sudah sementak bulan Mei 2021 lalu, dia baru bergabung dengan bus ALS yang tujuan Jakarta-Medan. Saat itu sepinya penumpang bus diungkapkannya sangat berakibat pada penurunan pendapatan.

"Aku (dulu) enggak pernah ke Jakarta ini. Ke Jawa aja selama ini, Jember, Surabaya(Malang)," sebutnya.

Yunus mengungkapkan, jumlah penumpang bus dari Jakarta juga cenderung sepi. Tetapi bus yang dijalankan tidak menempuh perjalanan yang jauh atau lama dan juga bus lebih sedikit biaya operasional untuk Jakarta-Medan.

Perjalanan bus yang jauh akan menempuh waktu yang lama dan biaya operasional juga banyak membuat pendapatan kru semakin berkurang.

Dia menyebut jika perjalanan dari Malang menuju Medan akan memakan biaya operasional sebesar Rp10 juta, sedangkan jika Bekasi-Medan hanya berkisar Rp6,5 juta. Biaya itu dikatakan Yunus juga akan bertambah untuk kebutuhan makan minum kru di perjalanan. Jika perjalanannya semakin jauh maka semakin banyak konsumsi yang harus dikeluarkan. Sedangkan untuk tarif tidak jauh berbeda, yaitu Malang-Medan Rp500 ribu dan Jakarta-Medan Rp435 ribu.

"Ke Jawa sewanya susah, untuk cari uang minyak susah, mau gaji, perbaiki mobil. Enggak sanggup lagi aku," kata Yunus.

"Kalau ke Jember uang jalannya aja Rp10 juta, solar, tol penyeberangan. Kalau Jakarta Rp7- 6,5. Belum lagi makan, uang opersi mobil. Ampun ndoro bos," sambungnya seraya mengeluh.

Yunus yang bergabung dengan PO ALS semenjak tahun 1997 ini mengungkapkan, baru selama pandemi ini merasakan susahnya di perjalanan selama terus-menerus hingga saat ini.

Selama membawa bus tujuan aslinya yaitu Jawa Timur ke Sumatera Utara atau sebaliknya, perjalanan sebelumya dirasakan normal. Dia menceritakan, pada hari tertentu jika bus mengalami penurunan penumpang maka di hari lainnya akan ada pelonjakan penumpang. Namun, saa pandemi selama terus-terusan dia mengalami sewa yang sepi.

Saat mengendari bus rute yang saat ini, yaitu Jakarta-Medan, diceritakan Yunus juga sewa juga tetap terasa sepi dan penghasilannya juga masih dirasa kurang dibandingkan sebelum pandemi.

"Dari Medan, Alhamdulillah lumayan penuh, dari sini (Bekasi/Jakarta) aja agak seret. Dari sini enggak ada, gaji awak(Yunus) enggak ada juga," kata mantan kenek ALS tersebut.

Okupansi penumpang yang terasa kurang saat bus dipulangkan kembali, membuat dia juga merasa kurang dari segi pendapatan.

Kini bus ALS yang dikendarainya bersama kru lainnya, kini menjalankan trayek saat ini membutuhkan waktu perjalanan dua hari tiga malam, melewati jalur Toba.

Kru bus ALS saat menjalankan trayeknya, harus memenuhi biaya yang meliputi, operasional, mulai dari solar, penyeberangan dan tol, serta juga biaya perbaikan atau perawatan mobil, mulai dari ban, oli, rem dan hal kerusakan lainya yang sewaktu-waktu bisa terjadi dan harus membutuhkan biaya tambahan.

Yunus menceritakan pendapatan kru bus, yang terdiri dari dua kenek dan dua sopir tersebut merupakan dari kelebihan hasil operasional tersebut. Terkadang juga mereka tidak mendapatkan biaya setoran ke bosnya.

"Kita ini penghasilan kalau ada kasih ke tokenya. Kalai enggak ada apa boleh buat," katanya.

Mengendarai bus melewati kota-kota provinsi saat pandemi Covid-19, juga dirasakan bagi pengemudi senior ini sangat banyak aturan yang tidak jelas.

"Pemeriksaan di pelabuhan. Seratus (Rp100 ribu) per penumpang satu orang," ceritanya.

Dia menjelaskan, pemeriksaan surat negatif Covid-19 di penyeberangan saat meninggalkan Pulau Jawa atau memasuki Pulau Jawa. Petugas kerap hanya mengutip uang saja, tanpa melakukan pemeiksaan yang sebenarnya harus dilakukan.

"(Pemeriksaan) Macamnya cuma formalitas aja, enggak dites dikasih lewat," katanya.

Dia juga khawatir jika Covid-19 dijadikan bisnis oleh sebagian oknum.

Pemeriksaan atau dilakukannya penyekatan di pelabuhan, membuat perjalanan sedikit terhambat.

Yunus yang merupakan bapak tiga anak ini terpaksa melakukan mengubah rute dan bergabung bersama trayek yang sebenarnya bukan miliknya karena jumlah penumpang saat ini menurun.(fahmi)